Lihat ke Halaman Asli

SMPN 1 Panti Jember Mengembangkan Project Pupuk Kubis

Diperbarui: 8 September 2024   18:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

   Kalangan petani sedikit banyak telah tahu nama pupuk bokashi untuk berbagai hal. Masyarakat umum mengenal nama Bokashi dari obat cair yang beredar di masyarakat untuk menyembuhkan bermacam-macam penyakit. Bokashi sendiri berasal dari Jepang dan dikembangkan lebih banyak varian untuk berbagai hal di Indonesia. 

Bokashi berasal dari Bahasa Jepang, yang berarti fermentasi bahan organik dengan Teknologi EM (Effective Microorganisms).  Teknologi EM adalah teknologi fermentasi dengan menggunakan mikroorganisme efektif, dari mikroorganisme ragi, laktobacilus dan bakteri fotosintetik, yang ditemukan oleh Prof. Dr. Teruo Higa dari University of The Ryukyus, Jepang sejak tahun 1980. Pada penelitian ini tambahan yang dipilih adalah Suplemen Organik tanaman (SOT), yang mengandung kedua mikroorganisme tersebut di atas dan mikroorganisme pengurai lainnya yang berjumlah lebih dari sepuluh spesies. 

   Melalui program Project Penguatan Profil Pelajar Pancasila, yang biasa disebut P5, SMPN 1 Panti terpilih menjadi mitra riset kolaborasi antara peneliti Universitas Jember (UNEJ) dan Universitas Islam Jember (UIJ) untuk mengembangkan pupuk Bokashi. Peneliti dari kedua Perguruan Tinggi Jember tersebut sedang melakukan penelitian racikan Bokhasi untuk diaplikasikan ke tanaman Kubis. Dr. Siti Roudlotul Hikamah telah mengembangkan Bokashi selama 5 tahun sebagai unsur pengaktif dekomposisi campuran limbah organik bahan alam sebagai pupuk bagi berbagai tanaman pangan, buah-buahan dan hortikulura. Kali ini Bu Ika, demikian beliau dipanggil, mengkhususkan pada obyek tanaman Kubis, suatu komoditi yang banyak ditanam oleh petani di daerah Panti.

   Sebagai sarana implementasi racikan Bokashinya, Bu Ika menggandeng peneliti Pendidikan dari Universitas Jember, Dr. Slamet Hariyadi untuk mengkolaborasikan rancangan penelitiannya pada Project Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) di SMPN 1 Panti. Menurut Pak Slahar, demikian sebutan panggilannya, kerjasama dengan sekolah memberikan multiefek bagi masyarakat petani. Dengan keterampilan yang diberikan kepada anak-anak petani, secara langsung dan tidak langsung akan memberikan informasi kepada orang tua mereka, yang memberikan jaminan sustainability kedepannya.


   Sebagai pembanding percepatan pertumbuhan kubis, pada penelitian kali ini juga diperlakukan kubis dengan pemberian pupuk NPK, Ecoenzym dan tanpa pupuk. Perbandingan keempat perlakuan tidak hanya dilihat dari kecepatan tumbuh kembang kubis semata, tetapi juga probabilitas dan resiko hama yang akan menyerang dari asupan nutrisi yang diserap. 

Portofolio dari keempat perlakuan dipantau setiap hari oleh siswa-siswa dalam format kegiatan P5. Diharapkan kelak hasil racikan pupuk ini memberikan nilai tambah yang efektif bagi petani Kubis di wilayah sekitar sekolah, sebagai respon atas sulitnya pupuk subsidi atau mahalnya pupuk non-subsidi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline