Lihat ke Halaman Asli

SLAMET SAPERI

Karyawan Swasta dan Blogger

Perjalanan dari Plosok ke Kota Menuju Kampus

Diperbarui: 26 Maret 2018   10:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok.pribadi

Pagi itu, sekitar pukul 6.30 wib. Ibu dan bapakku menyuruhku pergi pamitan keseluruh anggota keluarga satu persatu dengan tujuan meminta doa agar dalam proses belajar nanti di kota bisa lancer dan mendapatkan kemudahan. Hal seperti ini sudah biasa dilakukan bahkan sudah menjadi tradisi yang wajib dilakukan di lingkungan desa. Aku sabagai seorang anak nurut saja, semuanya yang diperintahkan orang tuaku bagiku adalah kuwajiban selama itu mengarah kearah yang positif.

Setelah semuanya selesai aku disuruh mempersiapkan semua keperluannku, padahal waktu itu masih pagi sekitar pukul 8.00 wib. Padahal aku naik travel masih nanti malam sekitar pukul 20.00 wib, namanya juga orang desa dan belum pernah bepergian jauh atau lebih dari 2 jam perjalanan sedangkan perjalananku kali ini 8 jam dari desa ke pusat kota Malang. Rumah saudarapun juga masih kiri kanan paling jauh sekitar 3 km dari rumah. Itulah salah satu keistimewaan tinggal di desa tidak pernah ada kata mudik, bahkan kosa kata "mudik" didapatkan dari berita di TV.

Setelah semua persiapan selesai, tinggal menunggu jam keberangkatan, padahal masih siang sekitar pukul 13.00 wib. Tetapi entah mengapa persaan ini ingin sekali rasanya segera sampai di kampus baru, apa inikah kobaran api semangat yang menggebu-gebu. Akhirnya mataharipun kian mengalah terhadap petang. Dikarenakan lokasi desaku terlalu jauh dari kota, akhirnya travel tidak mau menjemput kerumahku, hal tersebut bukanlah alasan aku harus menyerah, kalau travel tidak mau datang menjeputku biarkan aku yang datang padanya, karena mamang aku yang membutuhkannya.

Sekitar pukul 19.30 wib. Aku, ibu, bapak dan saudaraku sudah berada di kantor travel, mereka hanya mengantarkanku ke kantor trevel saja tidak ikut mengantarkanku ke kampus baruku. Karena perjanjian awal semua administrasi kampus aku harus diurus sendiri, kedua orang tuaku tidak mau tau akan hal itu, sebenarnya terlepas dari itu kedua orang tuaku memang buta huruf. Tetapi walau bagaimapun mereka adalah orang tua yang the best.

Akhirnya tibalah waktu pemberangkatan, ibuku memelukku lama sekali, mungkin belau masih belum benar-benar tega untuk melepasku, aku melihat mata belau berkaca-kaca ketika melepas kepergianku, sedangkan aku mulai naik sampai ditempat tujuan belum bisa berhenti memikirkan mereka, aku memang ingin sekali cepet sampai di kampus tetapi setelah sampai terasa ada yang mengganjal didalamhati. Tetapi inilah perjuangan, menurutku ini merupakan titik awal proses belajarku menjadi orang yang sesungguhnya jauh dari orang tua, rumah dan keluarga besar. Memang aku belum bisa memberikan mereka materi yang bisa aku berikan pada meraka pada saat ini adalah segudang prestasi.

By : SR

***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline