Lihat ke Halaman Asli

SLAMET SAPERI

Karyawan Swasta dan Blogger

Esensi Manusia Menurut Aliran Materialisme dan Idealisme

Diperbarui: 23 Juni 2015   22:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Terdapat beberapa aliran di dalam filsafat manusia. Masing-masing aliran terebut memiliki pandangan tentang hakekat atau esensi manusia. Dari sekian banyak aliran terdapat dua aliran tertua dan terbesar, yaitu materialisme dan idealisme. Aliran-aliran lain selain kedua aliran tersebut merupakan reaksi yang berkembang terhadap kedua aliran besar tersebut.

A.Materialisme

Materialisme merupakan paham filsfat yang meyakini bahwa esensi kenyataan, termasuk esensi manusia bersifat material atau besifat fisik. Ciri utaman dari kenyataan material atau fisik yaitu manempati ruang dan waktu, memiliki keluasan dan bersifat objektif. Alam spiritual atau jiwa, yang tidak mempunyai ruang, tidak bisa disebut dengan esensi kenyataan, dan oleh karena itu ditolak keberadaannya.

Para materialis percaya bahwa tidak ada kekuatan apapun yang besifat spiritual dibalik gejala atau peristiwa yang bersifat material. Seandainya ada peristiwa atau gejala yang masih belum diketahui, atau belum bisa dipecahkan oleh manusia, maka hal itu berarti ada kekuatan yang bersifat spiritual dibelakang peristiwa tersebut, melainkan karena pengetahuan dan akal manusia yang belum memahaminya apa yang dimaksudkan tersebut.

Jenis lain dari materealisme adalah naturalisme. Disebut naturalisme, karena karena istilah materi diganti dengan istilah alam (nature) atau organisme. Materialisme atau naturalisme percaya bahwa setiap gejala, setiap gerak, bisa dijelaskan menurut hukum kausalitas, hukum sebab akibat, atau hukum stimulus-respons.

Karena sangat percaya dengan hukum kausalitas , maka para materealis pada umumnya sangat diterministik. Mereka tidak mengakui adanya kebebasan atau independensi manusia. Soerang materealis sangat yakin bahwa tidak ada gerak atau perilaku yang ditimbulkan oleh dirinya sendiri. Gerak selalu bersifat mekanis, digerakan oleh kekuatan-kekuatan di luar dirinya (eksternal).

B.Idealisme

Idealisme merupakan kebalikan atau lawan dari materealisme. Menurut aliran ini, kenyataan sejati adalah berfilsafat, spiritual (oleh sebab itu, aliran ini sering disebut juga spiritualisme). Para idealisme percaya bahwa ada kekuatan atau kenyataan spiritual di belakang setiap penampakan atau kejadian. Esensi dari kenyataan spiritual ini adalah berfikir (res cigitans). Karena kekuatan atau kenyataan spiritual tidak bisa diukur atau dijelaskan berdasarkan pada

Fusngsi metafor kesadaran manusia untuk menjelaskan kenyataan sejati oleh para idealis, sama halnya dengan fusngsi metafor hewan (tikus atau anjing) dan komputer untuk menjelaskan perilaku manusia oleh para behavioris dan oleh para psikolog kognitif dalam ilmu psikologi. Demikian juga para idealis mengalami kesulitan dalam mejelaskan kenyataan sejati yang ada dibalik  penampakan lahiriah, sehingga perlu metafor kesederhanaan manusia untuk menjelaskannya.

Dengan diakuinya kenyataan sejati sebagai bersifat spiritual, bukan berarti para idealis menolak kekuatan-kekuatan yang bersifat fisik (material) dan menolak adanya hukum alam. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Hegel (1770-1831) kekuatan fisik dan hukum alam memang ada, tetapi keberadaannya merupakan manifestasi dari kekuatan atau kenyataan yang sejati dan lebih tinggi, yaitu roh Absolut. Jika kenyataan pada dasarnya bersifat spiritual dan nonfisik, maka hal-hal yang bersifat ideal dan normatif, seperti agama, hukum, nilai, cita-cita tau ide, memegang peran penting dalam kehidupan. Hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, serta agama, dan nilai dalam kehidupan sosial dan pribadi, merupakan norma-norma yang menggerakkan perilaku manusia dan masyarakat manusia.

Di antara para idealis banyak juga yang yang menekankan kebebsan manusia. Ini terutama tmampak pada salah satu aliran dari idealisme yang disebut personalisme. Personalisme menekankan bahwa Roh bersifat pribadi-pribadi (individual), masing-masing berdiri sendiri-sendiri, sehingga setiap pribadi, setiapindividu, mempunyai kebebasan untuk mengeks-presikan dirinya sendiri.

Refrensi

Abidin, Zainal. Filsafat Manusia: Memahami Manusia melalui Filsafat. Bandung: PT Remaja Posdakarya. 2006. Hlm.25.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline