Lihat ke Halaman Asli

Kepada Kata; Catatan Perpisahan

Diperbarui: 25 Juni 2015   06:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Barangkali saja engkau tahu bahwa sejak kita berkenalan bertahun-tahun lalu diriku tergenapkan olehmu.  Entah sudah berapa banyak embrio-embrio pemikiran kutanamkan, melaluimu, hingga mereka menjelma janin-janin.  Aku beranak-pinak, juga melaluimu.

Apa yang kukatakan tentang menyanggaimu? Bahwa kau bukan sepenuhnya rekreasi dangkal emosi ataupun lenguhan-lenguhan kepenatan kepala dan hati melainkan mimpi-mimpi yang menjantera darah.  Melalui aku, engkau bukan lagi onggokan ingatan, kenangan, dan pemikiran yang melulu bercokol dan berjejal di tengkorak kepala.  Engaku menjelma nyata.  Melalui engkau, aku bukan lagi manusia yang hanya mendedah kefanaan untuk sekadar menempuh perjalanan.   Aku pun menjelma nyata.  Melalui engkau, aku…  ADA.

Kita sudah puas saling menemukan.  Kau adalah kawan paling setia, teman yang tak pernah menikam meski kerap kali aku karam.  Engkau selalu kembali, mengangkatku dari sunyi, dari sepi, dari sakit, dari apapun yang disasakan hidup.  Bersamamu pula, telah kutemukan kawan-kawan lain, manusia-manusia lain yang di dalamnya berisi engkau-engkau yang lain.

Tidak ada cinta paling universal kecuali bahasa yang dihantar melaluimu.  Lidahku yang kelu dan berhantu sudah membuktikan bahwa huruf-huruf di dalam tubuhmu tak pernah mengenal kata bisu.  Denganmu, aku berbicara.  Bersamamu, aku menjelma manusia.

Namun, setiap perjalanan akan selalu bertemu dengan tepian.  Barangkali inilah yang kusebut sebagai akhir perjalanan.   Bahkan setelah kita saling menemukan, setelah kita saling menggenapkan, setelah kita menjadi satu kesatuan, pun pada akhirnya akan selalu ada perpisahan.

Ketahuilah, cintaku padamu tak pernah mengenal kata padam.  Tapi hidup telah melarungkan begitu banyak layar, begitu banyak kapal-kapal.   Tak dapat dipungkiri, hidupku tak melulu berisi kamu.  Ada manusia-manusia lain dengan bergunung keinginan.  Ada manusia-manusia lain yang juga harus kutemani menempuh jejalan, mengarungi gelombang dan lautan.

Catatan ini aku buat sebagai bentuk rasa terima kasih dan permintaan maaf.  Bahkan huruf-huruf dari dalam tubuhmu tak sanggup aku susun sehingga membentuk apapun yang cukup menggambarkan bahwa selama ini aku telah berutang banyak padamu.

Mulai hari ini kita bercerai, tidak, tepatnya aku yang menceraikanmu karena ada hal-hal yang tak sanggup aku hantarkan melaluimu ketika hal lain ikut tercerabut.  Aku akan menjelma manusia yang lain.  Tidak bersamamu, melainkan bersama manusia lain.  Ia mungkin, akan membersamaimu dan engkau akan hidup melaui dirinya.  Agar kelak, kita hanya bisa saling memandang dan mengaku pada diri masing-masing bahwa kita pernah kenal, pernah saling mencintai, pernah saling membersamai.

Kepadamu, kata, aku ucapkan selamat tinggal.  Aku pernah menjelma ada, aku pun bisa kembali tiada.

(Bandung, 16 April 2012)

Catatan:

Mulai hari ini saya Skylashtar Maryam akan berhenti menulis kecuali menulis status dan catatan utang piutang.  Heheheh… apapun yang pernah saya tulis hanya akan jadi jejak perjalanan dan kenangan.  Kepada kalian, teman-teman yang sedang dan masih menggapai mimpi, saya ucapkan selamat.  Tetap semangat!  Saya akan kembali menjadi seorang Susanti Sumpena yang bukan siapa-siapa, bukan apa-apa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline