Lihat ke Halaman Asli

kumpulan cerita pendek

i will try to update daily. Dukung saya di https://karyakarsa.com/cerpenterjemah/

Vonis Mati Paling Ringan

Diperbarui: 11 April 2021   21:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Orang-orang selalu berkata bahwa itu adalah gilotin. Tetapi bukan itu, kau tahu! Seseorang lelaki telah melakukan banyak hal untuk negaranya dan sangat diperhatikan oleh penguasanya dijatuhi hukuman mati untuk tindak kriminal dalam gairahnya sendiri. 

Petisi atau doa tidak berguna, Tetapi sejak dia adalah seseorang yang sangat dianggap oleh penguasanya, dia, sang pangeran, memberikannya pilihan bagaimana dia akan mati: dia akan mati dalam cara yang ia pilih. 

Jadi kepala sekretaris mendatanginya di penjara: 'Sang pangeran telah memberikanmu belas kasih. Jika kamu berkeinginan untuk mati di roda kau akan ditempatkan di roda; jika kau berkeinginan untuk digantung kau akan digantung - telah terdapat dua orang di tiang gantungan tetapi semua orang tahu selalu ada ruang untuk tempat ketiga dalam satu waktu. Jika, bagaimanapun, kamu lebih memilih untuk meminum racun tikus selalu ada persediaannya di ahli kimia. Untuk apapun jenis kematian yang kamu pilih kata sang pangeran itu akan menjadi caramu mati. Tetapi, seperti yang kamu ketahui, mati adalah keharusan untukmu!" 

Si penjahat membalas, 'Jika aku benar-benar harus mati, lalu mati di roda cenderung mengikuti selera seseorang, dan menggantung dapat cocok untuk keinginan seseorang jika angin ikut membantu. Tetapi kau tidak mendapat maksudku! Untukku aku selalu berpikir bahwa mati dari umur tua adalah cara termudah, dan sejak sang pangeran memberikan pilihan untukku akan memilih itu dan tidak cara lain!' Dan itu adalah keputusan terakhirnya, dia tidak akan membicarakannya lagi. Jadi mereka harus membiarkannya pergi bebas dan hidup sampai dia mati di umur tuanya. Karena sang pangeran berkata, 'Aku memberikannya kata-kataku dan aku tidak akan mencabutnya.'


Cerita kecil ini datang dari ibu menantu kami yang tidak ingin seseorang mati jika dia mungkin bisa membantunya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline