Lihat ke Halaman Asli

Aruna Sohma

Freelancer

Ada Hantu di Perustakaan

Diperbarui: 30 September 2024   00:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Ada hantu di perpustakaan!” Teriak Miguel sesampainya ia kembali ke kamar  asrama dengan ingus yang turun memanjang dari kedua lubang hidungnya. 

“Kau bercanda yah?” Tanya Dalton dengan perasaan tak suka. Ia masih telentang di atas kasur dengan kedua mata yang hampir saja terpejam jika saja Miguel tidak berteriak sambil mendobrak pintu dengan kencang. 

“Tidak Dalton, hantu itu perempuan. Ini sekolah laki - laki. Dia pasti hantu!” Bantah Miguel dengan kaki yang menghentak, tangan kanannya memegang sebuah lilin yang sudah hampir padam. 

“Tidurlah, mungkin itu anak Profesor Swift.” Kata Dalton dengan tatapan sinis dan mulai mematikan lampu tanpa meladeni celotehan Miguel. 

Keesokan paginya Dalton terbangun dan bersiap untuk mengikuti sekolah. Dalton masih tertidur di ranjang dengan dengkuran halus dan piyama kesayangannya. Dengan sangat berat hati, Dalton berusaha untuk membangunkan Miguel agar ia segera bersiap - siap. 

Dalton dan Miguel adalah teman sekamar. Mereka berumur Dua belas tahun dan sudah  dipaksa bersahabat sejak masuk sekolah. Mereka adalah pelajar di Loft Eton School, London dan menetap di asrama karena jarak rumah mereka yang cukup jauh. 

Dalton memiliki darah latin dari ayahnya, kulitnya kecoklatan namun ia memiliki mata ibunya yang sedikit berwarna hazel. Badannya lumayan pendek untuk usia anak dua belas tahun. ia memiliki rambut hitam pekat dan hidung runcing. Sementara Miguel asli orang Inggris. Kedua orang tuanya berasal dari York. Kulitnya putih pucat dengan mata biru langit, ia memiliki badan yang gempal dan tinggi, namun ia adalah seorang penakut. 

Mereka berdua tidak punya teman yang lain karena mereka tidak keren. 

“Berdua saja cukup kok!” Kata Miguel yang sering sekali di bully oleh rombongan Steve, para berandal populer. 

Sementara Dalton lebih sering asik sendiri di perpustakaan, menikmati buku - buku klasik karya Ernest Hemingway atau buku puisi Edgar Allan Poe. 

Seperti pada hari - hari sebelumnya, sehabis pulang sekolah Dalton akan mampir ke perpustakaan untuk membaca buku, tapi Miguel menghalanginya dan berkata:

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline