Lihat ke Halaman Asli

Terpana dengan Kesuksesan Formula E

Diperbarui: 3 Juni 2022   22:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sirkuit balapan selesai pada waktunya? Check.

Tiket penonton terjual ludes? Check

Bikin Giring dan para penentang Formula E nyesek? Check

Heboh kan karena akhirnya Formula E bisa diselenggarakan? Terpana nggak? Terpana nggak? Terpana nggak?

Mustinya iya dong, terpana sampai klepek-klepek.

Narasi yang dibangun Anies Baswedan kali ini boleh dibilang sukses besar. Kita semua sudah paham sifat Anies yang suka bernarasi. Namun, narasi yang dibangun seseorang – meskipun dibangun oleh orang sekaliber Anies yang sudah sangat terkenal sebagai narator ulung – belum tentu bisa terasa gurih dan nikmat kalau tidak ada bumbu-bumbunya. Ibarat makanan, narasi juga sama, butuh bumbu-bumbu penyedap.

Masuklah Giring sang politikus PSI yang menambah bumbu pada narasi Anies. Kita tentu ingat bagaimana Giring sampai merasa perlu mengadakan inspeksi ke Ancol untuk melihat sejauh apa development sirkuit balapan Formula E ini. Dengan senang hati dia lalu membagi-bagikan “kabar buruk” di social media bahwa (mungkin) sirkuit takkan selesai pada waktunya dan disana sini masih terlihat kambing berkeliaran.

Maka hebohlah jagad raya dunia internet di Indonesia. Silih berganti para non-pendukung Anies menghujat kesiapan Formula E. Padahal sesungguhnya, kalau saja Giring dan para non-pendukung Anies ini mau menggunakan logika, 3-4 bulan untuk membangun sirkuit sepanjang kurang lebih 3 km bukanlah hal yang mustahil sama sekali. Istilahnya, itu bukan rocket science.

Membangun sirkuit balapan memang tidak bisa dibilang gampang karena ini bukan hanya sekedar membangun jalanan aspal biasa, tapi juga tidak sulit karena dengan teknologi dan perlengkapan yang ada di zaman sekarang sangat memungkinkan semuanya selesai dalam waktu 1/3 atau 1/4 tahun. Toh hanya kurang lebih 3 km kok. Kalau 10 km mungkin tak bisa selesai dalam waktu semepet itu. 3 km? Diributkan juga? Akhirnya jadi kelihatan bodoh sendiri, kan?

Begitu juga halnya dengan keraguan banyak orang tentang “apakah ada yang mau nonton?” dan “apakah tiketnya akan terjual habis?”. Tentu kita semua masih ingat, saat-saat kehebohan tentang “siapa yang nonton?” dan “siapa yang mau beli tiket?” itu muncul, tribun penonton bahkan belum selesai dibangun dan pihak panitia sudah menawarkan tiket. Jadi bahan cerita, kan? Heboh lagi jagad raya internet, kan? Dan lagi-lagi, seandainya saja pihak-pihak yang meributkan hal-hal ini mau menggunakan logika, tentunya mereka sadar bahwa Anies memiliki banyak pendukung dan para pendukung Anies tentu saja akan meramaikan perhelatan akbar ini.

Para pendukung Anies, yang aslinya mungkin sama sekali tidak tahu menahu soal balapan mobil, bisa tiba-tiba saja berubah menjadi pakar-pakar yang sangat ahli dalam bicara soal balapan, tiba-tiba saja menjadi pecinta balapan jet darat dan seterusnya dan seterusnya. Semestinya faktor ini sudah diperhitungkan oleh para kritikus dan nyinyirus, apapun itu sebutannya, sehingga mereka tak perlu segampang itu mencurahkan keraguan mereka. Kenyataannya? Mereka malas berlogika, malas memperhitungkan, akhirnya malah kelihatan bodoh sendiri.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline