Lihat ke Halaman Asli

Aku 'Cemburu', Hanya Itu...

Diperbarui: 24 Juni 2015   11:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

“Aku cemburu padanya”; pada malam yang menemanimu sepanjang waktu saat kau merebahkan diri dalam peristirahatan diperaduan tempat tidurmu sampai kau membuka mata mencecap sinar pagi.

“Aku cemburu padanya”; pada cahaya sinar matahari yang kau lihat pertama kali saat kedua matamu memancarkan sinar indah dari bening bola matamu yang berhasil membiusku dalam bisu saat memiliki kesempatan menatapnya.

“Aku cemburu padanya”; pada kamarmu dan segala isinya yang menjadi pertama melihat wajah lugumu terbangun melepas lelah dan penat yang kau rasakan sisa semalam.

“Aku cemburu padanya”; pada dinding kamarmu yang bertelinga mendengar setiap doamu yang bolehkah aku berharap ada namaku didalamnya?

“Aku cemburu padanya”; pada guling yang kau peluk erat saat rindu mengusikmu, bolehkah aku berharap ada rindu untukku yang mengusikmu meski hanya sesaat dan tak sebesar rindu yang kupunya untukmu?

“Aku cemburu padanya”; pada selimut yang menghangatkanmu saat dingin memelukmu, bolehkah aku menggantikan tugasnya?

“Aku cemburu padanya”; pada setiap benda-benda mati yang menjadi saksi akan nama yang sering kau rapalkan dibibir indahmu, bolehkah aku berharap ada namaku terucap meski hanya sekali saja?

“Aku cemburu padanya”; pada cermin kamarmu yang memantulkan gambaran akan ciptaan Tuhan yang begitu memukau dan meluluhlantahkan pertahananku untuk menghapus bayangmu dalam otakku sekejap saja.

“Aku cemburu padanya”; pada  pakaian yang kau kenakan sebab mereka selalu melekat dan seolah tak merelakan tubuhmu bersinggungan denganku.

“Aku cemburu padanya”; pada parfum yang kau kenakan menyatu dengan aroma tubuhmu dalam setiap aktifitasmu.

“Aku cemburu padanya”; pada handphonemu yang selalu jadi yang pertama mengetahui pesan dan suara siapa yang selalu kau tunggu.

“Aku cemburu padanya”; pada benda-benda mati yang menyaksikan alasan untuk siapa air matamu terjatuh, bolehkah aku berharap untukku meski hanya setetes saja?

“Aku cemburu padanya”; pada angin yang membelai mesra setiap bagian tubuhmu yang kurindukan rengkuhannya menyatu dalam dekap tubuhku.

“Aku cemburu padanya”; pada tetes hujan dan air yang kau mandikan membasuh setiap inchi tubuhmu yang ingin kudekap menyalurkan rinduku yang tak pernah habis meski pertemuan terjadi diantara kita.

“Aku cemburu padanya”; pada lagu-lagu yang kau dengarkan saat suka dan duka menyergapmu dalam keheningan dan sepi.

“Aku cemburu padanya”; pada waktu yang mengetahui setiap hal yang terjadi dalam hidupmu, bolehkah aku berharap ada sedetik saja dalam waktumu untuk memikirkanku?

“Aku cemburu padanya”; pada setiap benda mati dan segala hal yang tidak bernyawa menjadi yang paling pertama mengetahui keadaanmu, suka-dukamu, aktifitasmu, dan segala kegiatan yang kau lakukan sehingga mereka dapat dengan sigap mengamati setiap gerak-gerik lekuk tubuh indahmu.

Jika pada benda mati dan segala hal yang tak bernyawa membuatku luka karena cemburu, bolehkah aku memintamu mengerti seberapa perihnya luka yang tak kunjung mengering ditabur garam karena harus berpura-pura tidak cemburu pada mereka yang bernyawa, pada mereka yang lebih dekat denganmu dibanding aku, pada mereka yang kutahu menyimpan rasa yang sama denganku, pada mereka yang turut khawatir terhadap keadaanmu, pada mereka yang menjadi alasanmu menyimpulkan senyum indah dalam bibirmu, pada mereka yang kau rengkuh, pada mereka yang kau sentuh, pada mereka yang menghapus air matamu, pada mereka yang, sudahlah, bahkan setiap kata yang mencipta gambaran perasaan cemburuku tak pernah benar-benar mewakilkan rasa sakitnya.

Aku cemburu, hanya itu..




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline