Kisah STy, sudah selesai. Erick Thohir lebih memilih momentum, meski harus tidak beradab. Kini, momentum itu sudah dipercayakan kepada Patrick Kluivert (PK), dengan cara yang beradab. Semoga PK berhasil menjalankan amanah momentumnya. Maaf, bila Anda gagal, semoga dipecat beradab, ya. Semoga berhasil Patrick Kluivert.
(Supartono JW.10012025)
Pengamat pendidikan nasional
Pengamat sepak bola nasional
Hingga detik ini, masalah pemecatan Shin Tae-yong (STy) masih terus menjadi gorengan berbagai pihak. Siapa yang menggoreng baik via media massa mau pun media sosial (medsos), ada yang bermaksud baik. Tetapi, banyak juga yang hanya menjadikan momentum untuk numpang mengais rezeki.
Sebab, para penggoreng tahu persis, bagaimana mudahnya memancing dan menggoreng netizen yang terbelah. Dan, banyak yang sok tahu, padahal "bodoh". Tetapi bagi penggoreng, yang penting menguntungkan.
Para penggoreng pun cukup kreatif dengan lemparan umpannya baik dalam bentuk foto, video, pernyataan, kutipan, dll terkait STy, terutama di medos.
Sudah selesai, tidak beradab, momentum
Padahal, terkait STy ini, saya sebut harusnya masalah sudah selesai. Apa lagi yang mau diperdebatkan. Erick yang sangat berambisi dan menyebut ini adalah momentum seperti yang disampaikan di Kompas TV dalam Program ROSI, Kamis (9/1/2025).
Momentumnya, membela mati-matian generasi emas dan pemain diaspora berkualitas untuk mencapai target lolos ke Piala Dunia 2026.
Mungkin yang dimaksud generasi emas itu, adalah pemain lokal. Siapa yang membuat mereka sekarang menjadi generasi emas? Yang pasti bukan PSSI zamannya Erick Thohir. Siapa pemain diaspora berkualitas? Juga bukan hasil proses PSSInya Erick Thohir.
Tapi Erick Thohir yang "sudah hebat", tidak mau kehilangan momentum. Momentum mumpung sudah tersedia generasi emas dan tersedia pemain diaspora, makanya siapa pun yang menghalangi momentum itu, meski dengan cara tidak beradab, pasti dilakukan.
Terbukti, demi momentum, cara tidak beradab pun dilakukan dalam drama pemecatan STy.