Memanfaatkan STy, menjadikan kisah STy bola liar yang dikendalikan atau tidak terkendali, hanyalah ulah dari pihak/oknum yang gemar mengambil keuntungan pribadi melalui kendaraan STy. Bukan demi kebangkitan dan kemajuan sepak bola Indonesia. Kapan PSSI dan Erick Thohir, tegas dan mampu menjinakan bola tidak liar lagi?
(Supartono JW.28122024)
Tidak lolosnya Timnas Indonesia ke semifinal Piala AFF 2024, meski secara objektif sudah jelas latar belakang/alasan, tujuan dan dan sasarannya. Lalu, identifikasi masalahnya, mengapa pemain yang diturunkan yang itu, mengapa Shin Tae-yong (STy) justru terus mencari komposisi terbaik di setiap laga, Liga 1 tetap bergulir, Piala AFF bukan kalender resmi FIFA, tetap ada poin yang membuat ranking Indonesia turun, lalu yang membuat Timnas gagal, karena apa? Semua sudah ada jawaban faktanya. Bukan opini, pembelaan, mau pun sekadar mencari justifikasi dari pihak terkait.
Tetapi, mengapa hal itu tetap saja menjadi bahan "gorengan", berita, konten, drama, oleh netizen, warganet, publik sepak bola nasional, praktisi sepak bola, pengamat sepak bola, dan lainnya baik yang sudah cerdas mau pun yang masih, maaf "bodoh"?
Tentu bagi netizen, warganet, publik sepak bola nasional, praktisi sepak bola, pengamat sepak bola yang sudah "cerdas", persoalan Timnas ini, dijadikan bahan pelajaran dan evaluasi, karena paham dan tahu latar belakang/alasan, tujuan, dan sasaran Timnas Piala AFF 2024.
Tetapi bagi yang cerdas cenderung licik, justru dijadikan bahan untuk ikut-ikutan promosi diri, menaikan rating diri di medsos, jadi bahan konten, yang tujuannya untuk kepentingan dan keuntungan pribadi. Pura-pura ikutan jadi penilai dan pengkritik, padahal bukan praktisi sepak bola. Hanya pengamat atau ngaku-ngaku pengamat, memanfaatkan medsos untuk mengangkat citra dirinya.
Menyadari bila respon publik akan negatif. Tetapi semakin negatif, semakin banyak viewers, pemirsa, yang menaikan apa?
Kemudian, bagi netizen dan warganet yang masih "bodoh", bisa jadi masih anak-anak hingga sudah dewasa, tidak memahami substansi, tetapi tinggal memecet tombol di layar ponsel, ikutan njeplak tanpa saringan dan kontrol. Sebab, dunia medsos adalah ruang bebas tanpa ada redaksi atau moderasi, siapa saja, umur berapa saja, berpendidikan atau tidak, semua dapat manggung dan tayang di medsos.
Numpang dan memanfaatkan
Bila disadari lebih mendalam, dunia medsos yang kini juga menjadi bahan mengais uang, kehadiran STy di Indonesia, sudah menguntungkan berapa pihak yang mencari nafkah dari medsos?
STy adalah aktor utama yang akan terus menjadi daya tarik bagi mereka. Coba, bila STy benar-benar mengundurkan diri atau diberhentikan jadi pelatih Timnas, apa para pencari cuan yang numpang dan memanfaatkan STy tidak akan rugi?