Terlepas dari dukungan pemain Indonesia yang dibina di luar negeri, jasa Shin Tae-yong (STy) untuk sepak bola Indonesia, saya sebut tidak ternilai dengan "apa pun". Ranking FIFA Indonesia melesat. Indonesia pentas di Piala Asia baik yang senior mau pun U-23. Kini Indonesia pun sedang pentas di ronde 3 Kualifikasi Piala Dunia 2026.
Sepanjang mengikuti jejak langkah STy di sepak bola Indonesia, dari sisi luar, saya konsisten, terus membuat catatan tentang torehan dan raihan STy dalam berbagai hal. Yang benar dan baik saya puji. Yang salah dan tidak baik pun saya ungkap, melalui artikel yang sudah tidak terhitung jumlahnya.
Bentuk dukungan kepada STy
Sebagai praktisi, pengamat, dan pecinta sepak bola tanah air, saya sangat berterima kasih kepada STy, karena sesuai catatan sejarah sepak bola Indonesia yang sudah saya tulis, sementara baru STy yang mampu membuka mata dunia tentang kondisi sepak bola Indonesia.
Karenanya, saya sangat mendukung STy dalam kondisi apa pun. Melalui artikel, akan saya tulis pujian saat STy melakukan hal yang benar dan baik dalam memimpin laga timnas.
Sebaliknya, sebagai bentuk dukungan pula, saya akan menulis, memberi masukan, saran, kritik, bahkan sampai rasa marah, bila saat memimpin timnas tidak benar dan baik sesuai pengamatan saya, yang selalu saya padukan dengan bagaimana reaksi publik sepak bola Indonesia atas perbuatan yang salah dan tidak baik yang dilakukan oleh STy.
Sedih, STy tidak meminta maaf
Atas dukungan penuh saya kepada STy, jujur, saya pun sedih atas sikap STy, yang hingga artikel ini saya tulis, STy tidak ada kata-kata meminta maaf kepada publik sepak bola Indonesia, usai timnas yang dipimpinnya kalah dari China.
Sebelum laga vs China, saya berharap STy menjadi pedagog (pemimpin) dan katalis yang benar dan baik bagi timnas Garuda. Karena STy teridentifikasi, khususnya di pentas Kualifikasi Piala Dunia ini, sejak laga 1, 2, 3, gemar sekali melakukan bongkar pasang pemain di starting 11 dengan dalih strategi dan taktik.
Saya pun selalu mengingatkan melalui artikel, artikel pun selalu saya kirim via Direktur Teknik PSSI. Tapi apa hasilnya? STy saya anggap keras kepala. Sepertinya, tidak pernah mau mendengar masukan dari tim pelatih atau publik. Terus saja melakukan aksi bongkar pasang pemain, yang lazim disebut publik sebagai coba-coba, rotasi, main-main, dll.
Pada akhirnya, menurut saya, kali ini, STy benar-benar kena batunya. Menikmati kekalahan dari strategi dan taktik yang keras kepala.