Lihat ke Halaman Asli

Supartono JW

Pengamat pendidikan nasional dan sosial. Konsultan pendidikan independen. Prakitisi dan Narasumber pendidikan. Praktisi Teater. Pengamat sepak bola nasional. Menulis di berbagai media cetak sejak 1989-2019. Ribuan artikel sudah ditulis. Sejak 2019 rehat menulis di media cetak. Sekadar menjaga kesehatan pikiran dan hati, 2019 lanjut nulis di Kompasiana. Langsung meraih Kompasianer Terpopuler, Artikel Headline Terpopuler, dan Artikel Terpopuler Rubrik Teknologi di Akun Pertama. Ini, Akun ke-Empat.

Berdampak Buruk, Pendidikan di Finlandia Tinggalkan Perangkat Digital, Kembali ke Pena dan Kertas

Diperbarui: 13 September 2024   23:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto Reuters

Dunia sudah mencatat bahwa sistem pendidikan di Finlandia telah memperoleh pengakuan global atas hasil-hasilnya yang baik dalam beberapa dekade terakhir dan kesiapannya untuk mencoba teknik-teknik pengajaran baru.Demi mengiringi perkembangan zaman, di Finlandia pun banyak sekolah yang memberikan laptop gratis kepada semua murid sejak usia 11 tahun.

Saya kutip dari Inilah.com, Rabu (11/9/2024) Atas perkembangan pendidikan tersebut, para orang tua dan para guru di Finlandia, semakin khawatir akan dampak layar pada anak-anak.

Di Riihimaki, sebuah kota berpenduduk sekitar 30.000 jiwa, 70 km (44 mil) di utara Helsinki, sejak tahun 2018 telah berhenti menggunakan sebagian besar buku di sekolah menengah, mencoba sesuatu yang berbeda untuk memulai tahun ajaran, kembali ke pena dan kertas.

Oleh sebab itu, pada musim gugur (di Finlandia, musim gugur dianggap dimulai pada bulan September, meskipun sebenarnya cuaca musim panas di selatan akan berlanjut hingga akhir September. Di sisi lain, di utara, perubahan musim terlihat jelas sejak awal September), para siswa di kota Riihimaki, kembali ke sekolah dengan ransel penuh buku setelah satu dekade gencar menggunakan laptop dan perangkat digital lainnya di ruang kelas yang didukung negara.

Penyebabnya, ternyata, penggunaan perangkat digital yang terus menerus, selain mengganggu kesehatan, membuat banyak anak gelisah dan kurang fokus.

Pasalnya, kebanyakan siswa mengerjakan latihan secepat yang mereka bisa, demi mereka bisa melanjutkan bermain game dan mengobrol di media sosial.

Sebab, mereka tidak butuh waktu lama untuk mengubah tab di browser. Saat guru datang kepada mereka, mereka bisa berdalih: '"Ya, saya sedang mengerjakan latihan ini." Padahal sambil bermain game atau mengobrol di media sosial (medsos).

Atas penggunaan perangkat digital yang dimaksudkan untuk membantu pengembangan pendidikan, ternyata perangkat digital justru membuat hasil pendidikan anak-anak di seluruh Finlandia, perlahan menurun dalam beberapa tahun terakhir.

Hal ini mendorong pemerintah merencanakan undang-undang baru untuk melarang penggunaan perangkat pribadi, seperti telepon, selama jam sekolah guna mengurangi waktu anak-anak di depan layar.

Anak-anak saat ini begitu banyak menggunakan ponsel dan perangkat digital sehingga para guru tidak ingin sekolah menjadi salah satu tempat anak-anak hanya menatap layar, seperti diaampaikan oleh Maija Kaunonen, guru bahasa Inggris di sekolah menengah Pohjolanrinne.

Semetara, salah satu siswa Kaunonen, Elle Sokka, 14 tahun, mengatakan dia tidak selalu fokus pada mata pelajaran sekolah saat belajar secara digital. "Kadang-kadang saya akan beralih ke situs web lain," katanya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline