Lihat ke Halaman Asli

Supartono JW

Menulis di berbagai media cetak sejak 1989. Pengamat Pendidikan Nasional dan Humaniora. Pengamat Sepak Bola Nasional. Praktisi Teater.

SSB Sukmajaya Selalu Ingat Utang Budi

Diperbarui: 4 September 2024   04:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Supartmo JW


Catatan ini saya tulis pada 27 Agustus 2024, pasalnya hari itu ada publik figur di media sosial (medsos) yang kembali berbagi cerita. Ceritanya klasik. Sudah diulang-ulang sepanjang masa. Tak lekang oleh waktu. Terbaru dikaitkan  dengan tombol Peringatan Darurat, karena ada "manusia" yang tidak tahu membalas budi. Mereka bahkan tidak punya rasa malu lagi dengan menanggalkan etika dan moral demi kepentingan dan keuntungan mereka.

Inti cerita:

"Bila seseorang utang uang kepada  orang lain/atau pihak lain, maka saat utang uangnya dibayar, maka LUNAS."

Tetapi, "bila seseorang utang budi kepada orang lain/pihak lain, maka sampai mati pun utang budi itu tidak akan pernah LUNAS.

Arah atau maksud utang budi dari cerita itu ke mana, tentu rakyat yang "waras", rakyat yang tahu bahwa dirinya tahu, maka tahu.

Utang budi SSB Sukmajaya

Atas pengingatan tentang "utang budi" tersebut, maka SSB Sukmajaya selalu BERUPAYA: bersyukur, refleksi diri, evaluasi diri, tahu berterima kasih, tahu diri, tahu asal mula, rendah hati, terpatri dipikiran dan hati siapa gurunya. Maka, membumi.

Boleh saja jelang berumur 27 tahun. Tetapi "TANPA GURU": "Soenarto Wiryo, Ronny Pattinasarany, Nano Riantiarno, Persigawa, Sparta, dan TIPS Ajax Amsterdam", SSB Sukmajaya, tidak akan dapat lahir. Apalagi sanggup berdiri dan bertahan di atas pikiran, hati, dan kekuatan sendiri dalam Wadah Kekeluargaan,  bila "Pengurus, Orang Tua, Siswa" sekadar SDM KUANTITAS, bukan KUALITAS.

Dari semua guru SSB Sukmajaya tersebut, masing-masing memberikan inspirasi, ilmu, dan berbagai hal terkait ilmu (teori/praktik), pendidikan, pelatihan, pembinaan, keorganisasian, kekeluargaan, humaniora, dan lainnya. Masing-masing menjadi panutan dan keteladan SSB Sukmajaya sesuai kualitas kompetensinya.

Dan, sampai sampai catatan ini saya tulis, tidak akan mampu dibayar oleh SSB Sukmajaya, karena bentuknya "utang budi".

SSB Sukmajaya juga tidak akan mampu membayar "utang budi" kepada Kostrad Ciliodong, pengurus, pelatih, orang tua siswa, siswa, sponsor, donatur. Karena keberadaan mereka semua, SSB Sukmajaya, alhamdulillah masih tetap SUKMA yang JAYA.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline