Lihat ke Halaman Asli

Supartono JW

Menulis di berbagai media cetak sejak 1989. Pengamat Pendidikan Nasional dan Humaniora. Pengamat Sepak Bola Nasional. Praktisi Teater.

Tangani dan Redam Masalah Timnas U-17

Diperbarui: 28 Agustus 2024   10:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto Bola.com

Usai menang 3-1, pelatih Timnas Indonesia U-17, Nova Arianto memberikan sorotan kepada sikap beberapa pemain yang dinilai di luar batas. Mencederai kemenangan Timnas U-17 atas India di laga uji coba internasional pada laga di Stadion Kapten I Wayan Dipta, Gianyar, Minggu (25/8/2024) malam WIB.

Sorotan Nova kepada anak asuhnya pun langsung membuat media massa ramai memberitakan dan viral pula di media sosial (medsos).

Sebab Nova memberikan sorotan tersebut, atau karena rotasi pemain yang dilakukan, dalam leg kedua versus India U-17 yang berlangsung di Stadion yang sama, Selasa (27/8/2024) malam, Garuda Muda harus takluk 0-1 dari lawan.

Meski pun kedua laga versus India U-17 adalah sekadar partai uji coba, maka hasil laga justru akan dijadikan catatan perbaikan menuju laga sebenarnya di Kualifukasi Piala Asia U-17 2025 pada Oktober 2024, namun sorotan Nova tentang adanya pemain yang nampak tinggi hati/sombong, adalah cerita klasik yang terulang.

Nova harus belajar meredam

Bila Nova sudah belajar dari Shin Tae-yong (STy) tentang bagaimana menyikapi pemain yang "bodoh"/rendah IQ, cirimya dapat dilihat dari perilakunya atau melalui tes, seharusnya, Nova tidak perlu buru-buru mempublikasikan aib anak asuhnya itu ke publik.

Minimal Nova dapat meneladani Indra Sjafri dan Bima Sakti, yang sudah memiliki pengalaman melakukan pendekatan kepribadian dan sosial anak asuhnya dengan kompetensi kepribadian, sosial, dan pedagogi.

Sebab, hal yang dilakukan Indra dan Bima kepada pemain yang rendah otak dan personality (mental/attitude/kepercayaan diri/emosi/dll), saya amati, tidak dilakukan oleh STy. Terlebih, bila melihat keterbatasan STy dalam hal bahasa mau pun kepercayaan.

Saat Nova tidak dapat meredam, menjaga sikap dan bicara atas kondisi anak asuhnya. Lalu, malah tersiar dan terpublikasi di media massa dan medsos, buntutnya akan membawa hal negatif bagi Nova sendiri dan anak asuhnya. Jadi ketauan oleh publik bila Nova belum kompeten dalam hal kepribadian, sosial, dan pedagogi. Di situ terukur pula spidometer tentang kecerdasan IQ, EQ, SQ, nya.

Ayo Nova, belajar mengatur diri. Maka Nova akan mampu mengatur anak asuhnya. Hati-hati berbicara, apalagi di hadapan media massa dan di medsos.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline