Setengah abad nama SSB di Indonesia.Zaman Ketua Umum PSSI di jabat Agum Gumelar (1999-2003), gagasan menggaungkan nama Sekolah Sepak Bola (SSB) resmi hadir di Indonesia diprakarsai Ronny Pattinasarany. Di ruang kerjanya, Sekretariat PSSI, Senayan, Jakarta, Juni 1999, saya ikut merumuskan sekaligus menjadi saksi. Dalam rangkaian Kid's Soccer Tournamen, 1 Juli 1999 adalah tonggak nama SSB resmi hadir, diluncurkan oleh PSSI.
(Drs. Supartono, M.Pd. Pengamat Sepak Bola Nasional, Pengamat Pendidikan Nasional dan sosial.09082024)
Bangunan apa pun akan mudah roboh, hancur, musnah, bila pondasinya tidak "digarap" dengan benar dan baik. Namun, dalam kasus sepak bola nasional, hingga PSSI berusia 94 tahun, adakah media nasional yang mencatat bahwa PSSI pernah serius menangani sepak bola akar rumput?
Meski zaman Agum Gumelar, sepak bola akar rumput sempat di sentuh, bahkan nama SSB resmi diakui dalam ranah pembinaan sepak bola nasional oleh PSSI. Namun, setelah nama SSB digaungkan tahun 1999 melalui turnamen resmi yang digelar PSSI. Setelahnya, tahun 2000 hingga sekarang, belum pernah ada turnamen atau kompetisi resmi SSB yang digarap lagi oleh PSSI.
Tetapi, keberadaan SSB yang wadahnya belum pernah dibuat baku oleh PSSI, PSSI justru tinggal mencomot pemain binaan SSB melalui "tangan-tangan terampil dengan gratisan". Padahal dalam prosesnya, hingga pemain berlabel pemain Timnas,,yang membiayai proses itu adalah orang tua siswa sendiri. Bukan dari PSSI mau pun pemerintah.
Kini, dengan Ketua yang baru, PSSI pun sudah tidak malu memanfaatkan jasa pemain yang dibina oleh PSSI/Klub/SSB dari negara lain, dengan nama keren: "Naturalisasi". Enak, tanpa mengeluarkan biaya membina, tinggal memetik jerih payah negara lain. Sebab, aturan FIFA, tidak melarang.
Ratusan artikel sudah saya tulis di berbagai media menyoal sepak bola akar rumput yang "tidak pernah" diurus oleh PSSI". Bahkan 4 Surat Terbuka pun sudah saya layangkan untuk Erick Thohir.
Namun, saat Erick Thohir seolah tidak menanggapi karena selalu sibuk dan disibukkan oleh "kendaraan kepentingan", saya tetap setia megikuti jejak sepak bola nasional yang "mewah".
Sepak bola nasional yang "mewah" itu, yang mendatangkan keuntungan baik finansial (tempat mencari makan) mau pun nama baik untuk kepentingan-kepentingan pribadi, kelompok, dan golongan termasuk dimanfaatkan sebagai kendaraan politik.
Sementara, sepak bola nasional yang "tak mewah" itu, sepak bola akar rumput. Tidak perlu digarap dan diseriusi, toh para orang tua yang gila bola dan mimpi anaknya menjadi pemain Timnas secara instan, mau berjibaku menggelontorkan uang untuk membiayai anaknya menjadi siswa SSB, membiayai turnamen dan kompetisi. Bahkan mau merogoh kocek puluhan juta demi anaknya masuk Tim Elite Pro Academy (EPA) Liga 1, yang seleksinya terbuka dan bayar. Keren, kan?
Yang mewah
Lihatlah yang mewah! Setelah dibuai penampilan menghibur berturut-turut oleh Timnas Indonesia Senior hingga Timnas kelompok umur yang ditutup raihan kampiun Timnas Indonesia U-19, publik sepak bola nasional akan kembali disuguhi laga-laga panas dari Kompetisi BRI Liga 1 Musim 2024/2025 yang akan kick off pada Jumat, 9 Agustus 2024.
Duel Persib Bandung meladeni pendatang baru PSBS Biak, yang akan dihelat di Stadion Si Jalak Harupat pada pukul 19.00 WIB akan menjadi laga pembuka.