Lihat ke Halaman Asli

Supartono JW

Pengamat pendidikan nasional dan sosial. Konsultan pendidikan independen. Prakitisi dan Narasumber pendidikan. Praktisi Teater. Pengamat sepak bola nasional. Menulis di berbagai media cetak sejak 1989-2019. Ribuan artikel sudah ditulis. Sejak 2019 rehat menulis di media cetak. Sekadar menjaga kesehatan pikiran dan hati, 2019 lanjut nulis di Kompasiana. Langsung meraih Kompasianer Terpopuler, Artikel Headline Terpopuler, dan Artikel Terpopuler Rubrik Teknologi di Akun Pertama. Ini, Akun ke-Empat.

Menjadi Diri yang Berintegritas

Diperbarui: 24 Mei 2024   11:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Orang yang tahu dan paham, menjadi bagian dari proses saat kita menanam dan merawat "sesuatu" agar tetap hidup dan tumbuh saja, belum tentu memiliki integritas. Apalagi yang tidak tahu dan tidak paham, tidak menjadi bagian dari proses menanam dan merawat "sesuatu" itu.

(Supartono JW.24052024)

Dalam kehidupan di dunia ini, apa yang kita pikirkan, apa yang kita harapkan terhadap orang lain/pihak lain agar berbuat, bertindak, bersikap, dll, sesuai ekspetasi kita, ada yang dapat terwujud. Ada yang tidak dapat terwujud. Bahkan mustahil terwujud.

Yang dapat terwujud, jawabnya mudah. Tentu orang lain/pihak lain ini adalah orang/pihak yang memiliki integritas terhadap apa yang sedang kita lakukan bersama. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), integritas diartikan : mutu, sifat, atau keadaan yang menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan yang memancarkan kewibawaan dan kejujuran.

Bila saya, kita, berkekeluargaan, bekerjasama, berbisnis atau "ber-ber" lainnya dengan orang lain/pihak lain, yang memiliki integritas, maka akan ada garansi, ekspetasi saya, kita, terhadap "sesuatu" yang diproses sejak ditanam hingga dirawat, dapat terwujud. Sesuai harapan, sesuai tujuan, sesuai target, sesuai impian, dan sesuai lain-lainnya.

Karenanya, orang yang memiliki integritas akan tercermin melalui perilaku atau tindakan atau sikapnya.

Peta besar

Dalam peta besar bangsa ini, setelah rakyat Indonesia disuguhi karakter dan sikap perbuatan tidak berintegritas dari seseorang yang seharusnya menjadi teladan bagi rakyat, karena melakukan pelanggaran etik dan moral, kini dunia pendidikan tinggi di Indonesia pun saya sebut sedang berduka.

Berduka karena orang-orang yang seharusnya berintegritas, malah membuat gaduh, karena para orang tua dan mahasiswa berteriak biaya uang kuliah tunggal (UKT) naik. Kenaikan UKT pun seolah memang sudah direncanakan atau sudah diskenariokan, dengan adanya kebijakan dan peraturan yang membuat UKT dapat mulus dinaikan karena ada rambu-rambunya.

Yang berintegritas

Bila yang seharusnya menjadi teladan saja malah memberi contoh tidak berintegritas, bagaimana rakyat jelata tidak meneladani sikap tidak berintegritas?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline