Manusia yang "lemah" akan sulit mengakui dan menerima kenyataan bahwa sesuatu yang salah akan tetap dianggap benar dan dibenarkan. Karena "kelemahannya" mudah dimanfaatkan oleh pihak yang memiliki "kekuasaan, kekuatan, dan kepentingan".(Supartono JW.23042024)
Adakah manusia yang dapat berbohong pada diri sendiri? Menipu hati nurani? Lisan dan perbuatan adalah cermin dari kebenaran hati nuraninya?
Bertaqwa, berintegritas
Rasa-rasanya, manusia-manusia yang bertaqwa dan berintegritas pun sering kali sulit dapat mengendalikan diri dari godaan dunia. Pasalnya, semasa masih diberikan hidup di dunia, banyak manusia yang lebih berat mementingkan kehidupan duniawinya daripada kepentingan untuk akhirat.
Sehingga, lisan dan perbuatan manusia sering kali dijadikan senjata, ujung tombak untuk membenarkan yang salah. Meskipun hati nuraninya tahu bahwa yang dilakukannya adalah salah.
Yah, di tengah-tengah kehidupan manusia, sering kali yang "lemah" akan sulit mengakui dan menerima kenyataan bahwa sesuatu yang salah akan tetap dianggap benar dan dibenarkan. Karena "kelemahannya" mudah dimanfaatkan oleh pihak yang memiliki "kekuasaan, kekuatan, dan kepentingan".
Bila kita terus belajar dan belajar menjadi orang yang bertaqwa dan berintegritas, mengapa kita takut mengatakan yang salah adalah salah. Mengingkari hati nurani yang mustahil dapat kita lawan oleh diri kita sendiri?
Sejak kapan menyatakan kebenaran yang memang benar, dianggap melanggar? Takut kepada siapa? Lucu?
Mari, tetaplah menjadi manusia yang senantiasa berupaya istiqomah, teguh pendirian dan selalu konsisten. Tidak dikalahkan oleh nafsu dan kepentingan duniawi. Membela yang salah demi mendapat keuntungan duniawi pula.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H