Lihat ke Halaman Asli

Supartono JW

Pengamat pendidikan nasional, sosial, dan pengamat sepak bola nasional. Ini Akun ke-4. Akun ke-1 sudah Penjelajah. Tahun 2019 mendapat 3 Kategori: KOMPASIANER TERPOPULER 2019, ARTIKEL HEADLINE TERPOPULER 2019, dan ARTIKEL TERPOPULER RUBRIK TEKNOLOGI 2019

STY, Pemain, Versus Australia U-23, Lihat Diri Sendiri

Diperbarui: 18 April 2024   12:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto doc. Bola.net


Bila sudah diperkirakan, lawan akan berbuat tidak sportif, licik. Apakah untuk meredamnya, dibalas dengan perbuatan tidak sportif dan licik pula? Bila itu yang terjadi, bodoh namanya. Tidak lekas mengerti. Tidak mudah tahu atau tidak dapat mengerjakan dan sebagainya.

(Supartono JW.18042024)

Saya setuju dengan pernyataan beberapa pihak, termasuk beberapa berita dari media-media yang berasal dari seteru Indonesia di Asia Tenggara, yang menyatakan bahwa Qatar U-23 memang layak menang atas Indonesia U-23. Mengapa?

Dalam artikel sebelumnya, saya sudah menyatakan bahwa kekalahan Garuda Muda atas Qatar Muda, penyebabnya ada 3, yaitu:

(1) Strategi, taktik, dan komposisi pemain yang dipasang Shin Tae-yong (STy) sejak kick off tidak tepat.
(2) Rendahnya intelgensi (otak) dan personality (hati) sebagian besar pemain U-23.
(3) Kepemimpinan wasit yang memihak tuan rumah.

Andai saja, STy tepat dalam strategi, taktik, dan memasang komposisi pemain sejak kick off. Kemudian para pemain cerdas otak dan hati, memahami bahwa tuan rumah tentu akan menggunakan otak dan hati liciknya demi memenangi laga, termasuk pemain keduabelas di lapangan, yaitu wasit. Tentu, STy tidak akan memasang pemain yang kualitas TIPSnya rendah dalam 11 pemain pertama.

Bahkan, STy pun tetap bandel, keras kepala, dengan membiarkan pemain yang menurut saya dan berbagai pihak belum layak masuk tim 11 atau pemain pengganti tim 11, tetap berada di lapangan sejak kick off sampai wasit membunyikan peluit tanda usai pertandingan. Padahal masih ada pemain yang lebih layak, tetapi justru disimpan di bangku cadangan.

Berkutnya, sepanjang laga, berbuat bodoh (otak dan hati), melakukan berbagai pelanggaran yang merugikan Garuda. Sementara lawan dan wasit, terus menunggu momentum untuk mengambil keuntungan dari kebodohan itu.

Dan, benar. Karena tidak cerdas, tetap bebal, terus melakukan pelanggaran yang dipicu pemain Qatar dengan berbagai drama, momennya ditunggu oleh wasit untuk menghukum dan memberikan keuntungan kepada Qatar. Hasilnya, melalui wasit, Qatar mendapat 2 gol dari bola mati. Melalui aksi dan drama pemain, serta bantuan wasit, 2 kartu merah di dapat Indonesia.

Bila sudah diperkirakan, lawan akan berbuat tidak sportif, licik. Apakah untuk meredamnya, dibalas dengan perbuatan tidak sportif dan licik pula? Bila itu yang terjadi, bodoh namanya.

3 catatan buruk laga perdana versus Qatar sudah saya ulas. Pertanyaannya, apakah dalam matchday kedua Grup A Piala Asia U-23 2024, versus Australia di Stadion Abdullah bin Nasser, Kamis 18 April 2024, pukul 20.00 WIB, live di RCTI, 3 kesalahan akan diulang oleh STy dan para pemain?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline