Lihat ke Halaman Asli

Supartono JW

Menulis di berbagai media cetak sejak 1989. Pengamat Pendidikan Nasional dan Humaniora. Pengamat Sepak Bola Nasional. Praktisi Teater.

1445 H (22) Rida Lahir dari Syukur Nikmat

Diperbarui: 1 April 2024   12:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Supartono JW


Pikiran dan hati manusia, sesuai fitrahnya, tidak akan pernah mengingkari saat dirinya rida atau tidak rida atas sesuatu. Sebab keridaan lahir dari syukur nikmat, sementara tidak rida akibat dari kufur nikmat.

(Supartono JW.01042024)

Dari berbagai berita yang tersaji di media sejak Sabtu, Minggu, Senin pagi (30, 31/3 dan 1/4/2024), saya melihat banyak potret kisah yang latar belakangnya dari pikiran dan hati manusia yang tidak rida. Karena itu, ini saya pilih untuk artikel ke-22 di Ramadan 1445 Hijriah.

Beberapa contoh nyata

Yang menarik perhatian saya di antaranya dalam bidang politik, ada pernyataan dari pihak yang "khilaf" karena telah "sesuatu". Kemudian digoreng sedemikian rupa oleh media. Ujungnya ada pihak yang merespon. Responnya pun bukan menyelesaikan masalah. Tetapi malah memperkeruh suasana.

Di bidang olah raga, ada pihak yang mengunggah konten yang tujuannya memancing, mengejek, dan membully pihak lain. Pun dibalas oleh pihak yang dituju dengan ikut mengejek. Ini pun menambah runyam, karena buntutnya, melahirkan dan memancing pihak-pihak lain, ikut berkomentar negatif. Tambah bermasalah.

Ada juga, pihak yang menghentikan kompetisi, secara sepihak. Sepertinya karena ambisi pribadi/kelompok. Tapi mengorbankan kepentingan yang lain. Meski seharusnya ada jalan yang dapat ditempuh dengan cara demokrasi.

Di bidang pendidikan, meski yang "di bawah" sudah berteriak karena terkait kurikulum masih bermasalah, tetapi yang "di atas" tetap memaksakan diri untuk mengesahkan kurikulum. Sepertinya juga demi kepentingan pribadi atau kelompok.

Berikutnya, ada pengasuh anak yang sampai tega menganiaya anak yang diasuhnya dengan tanpa rasa kemanusiaan. Mengapa menganaiya, ada alasan yang sementara sudah terungkap dan disiarkan oleh media.

Bila saya potret semua kejadian yang modelnya sama, ada berapa banyak dan bahkan terjadi setiap saat di negeri ini. Meski sekarang semua Umat Muslim sedang menjalankan ibadah di bulan yang penuh berkah dan ampunan.

Dan, doa Ramadan 1445 Hijriah hari ke-22:

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline