Lihat ke Halaman Asli

Supartono JW

Pengamat pendidikan nasional dan sosial. Konsultan pendidikan independen. Prakitisi dan Narasumber pendidikan. Praktisi Teater. Pengamat sepak bola nasional. Menulis di berbagai media cetak sejak 1989-2019. Ribuan artikel sudah ditulis. Sejak 2019 rehat menulis di media cetak. Sekadar menjaga kesehatan pikiran dan hati, 2019 lanjut nulis di Kompasiana. Langsung meraih Kompasianer Terpopuler, Artikel Headline Terpopuler, dan Artikel Terpopuler Rubrik Teknologi di Akun Pertama. Ini, Akun ke-Empat.

1445 H (17) Adakah Sandiwara Hati Nurani?

Diperbarui: 27 Maret 2024   12:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Supartono JW

(1) Hati nurani adalah jawaban tentang diri kita. Sudah sejauh mana kita berperilaku. Berapa banyak perilaku yang benar dan salah, yang buruk dan baik. Hanya kita dan Allah yang tahu sebenar-benarnya diri kita, pribadi kita.

(2) Sepandai-pandainya kita bersandiwara dalam kehidupan, hati nurani kita tetap tidak akan pernah ikut bersandiwara, dia tetap berposisi sebagai hati nurani yang mengatakan benar adalah benar, salah adalah salah. Baik adalah baik, buruk adalah buruk.

(Supartono JW.27032024)

Rabu (27/3/2024) adalah hari perdana Sidang Gugatan Pilpres 2024 di MK. Sebagai rakyat jelata, yang selalu mencoba berbicara melalui artikel, memotret kejadian-kejadian sesuai fakta dan data di nusantara, serta terutama berpondasi pada hati nurani. 

Menurut saya, Sidang di MK ini, terlebih dalam suasana Ramadan, yang paling penting dijadikan refleksi olah seluruh rakyat Indonesia adalah tentang  kejujuran hati nurani, bukan menyoal hasilnya siapa yang menang atau kalah. Sebab, hasil sidang bisa saja keputusannya sesuai hati nurani, bisa juga tidak sesuai hati nurani. Yang dampaknya akan sangat signifikan pada kehidupan demokrasi yang benar dan baik di NKRI. 

Di luar sidang MK, berapa banyak sikap dan perbuatan manusia yang tidak sesuai hati nurani para manusianya? Dalam kesempatan ini, saya coba mengulik tentang hati nurani yang tidak pernah bersandiwara.

Doa hari ke-17

Ramadan 1445 Hijriah sudah memasuki hari ke-17. Bulan yang penuh berkah, masih di fase maghfirah ini, para Ulama menganjurkan agar Umat Islam berdoa sebagai berikut:

Artinya : Ya Allah anugrahilah aku di bulan ini untuk bisa berperilaku yang baik dan kabulkanlah semua hajat dan keinginanku. Wahai yang tidak memerlukan penjelasan dan pertanyaan. Wahai yang Maha mengetahui apa yang ada di dalam alam ini. Anugrahilah shalawat dan salam bagi Muhammad dan keluarganya yang suci.

Secara tersurat, dalam doa tersebut untuk pribadi-pribadi manusia adalah permohonan agar berperilaku yang baik dan permohonan dikabulkannya hajat serta keinginan. Selain itu, juga ada permohonan anugrahshalawat dan salam bagi Muhammad dan keluarganya yang suci.

Doa yang lapang dan bahagia

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline