Melakukan sikap dan perbuatan dengan kesadaran selalu merasa diawasi CCTV-Nya, maka sikap dan perbuatan itu akan dekat pada hal-hal benar, baik, terpuji, dan bermaslahat.
(Supartono JW.17032024)
Pada Senin (11/3/2024) dan Sabtu (16/3/2024), Ustaz yang mengisi Kultum menjelang Salat Tarawih di Masjid Kompleks saya tinggal, sama-sama menyampaikan hal tentang "Merasa Diawasi oleh Allah" (muroqabah).
Pertanyaan saya, kira-kira, para elite dan pemimpin di negeri ini yang sudah dianggap bersikap dan berbuat tanpa etika dan moral, sebab diduga melakukan kecurangan terstruktur, tersistem, dan masif (TSM) demi bersaing dalam kancah politik dan kekuasaan, apakah mereka merasa diawasi oleh Allah dalam melakukan semua sikap dan perbuatannya, itu?
Sebagai rakyat jelata, saya sangat bersyukur, masih mendapatkan kesempatan, di bulan yang penuh berkah dan ampunan, dalam fase Rahmat, diingatkan oleh dua Ustaz yang berbeda, tentang hal yang sama. Yaitu, orang yang beriman dan bertaqwa, dalam setiap langkah, sikap, dan perbuatannya, tentu, pasti, akan merasa diawasi oleh Allah.
Muroqabah, CCTV Allah
Secara bahasa, muroqabah mempunyai arti menjaga, mengawal, menanti, mengamati dan mengawasi. Secara istilah, Muroqabah adalah kesadaran diri seseorang yang berkeyakinan bahwa dirinya selalu dalam pengawasan Allah.
Dengan demikian, muraqabah artinya merasa selalu diawasi oleh Allah, sehingga dengan kesadaran ini, mendorong manusia senantiasa bertaqwa, melaksanakan perintah dan menjauhi laranganNya.
Di zaman sekarang, manusia menciptakan alat bernama CCTV atau Closed-Circuit Television, yaitu sistem kamera video yang mengirimkan sinyal ke monitor atau set monitor tertentu sebagai lawan dari sumber siaran publik, dan menunjukkan live monitoring yang terdiri dari kamera dan monitor yang hanya dapat digunakan untuk pemantauan langsung.
Fungsi CCTV, adalah sebagai kamera pengawas dan pengintai yang dapat memantau situasi dan kondisi secara real time yang juga mampu menekan aksi kejahatan.
Namun, kehadiran CCTV buatan manusia, tetap memiliki keterbatasan. Berbeda dengan CCTV Allah kepada manusia. Meski sudah hadir CCTV buatan manusia, kejahatan tetap sulit dicegah. Pasalnya, yang berbuat jahat, licik, culas, tidak etik, tidak bermoral, tidak tahu malu, tidak tahu diri, tidak tahu berterima kasih, dll, tetap tidak pernah merasa sedang diawasi oleh Allah.