Lihat ke Halaman Asli

Supartono JW

Menulis di berbagai media cetak sejak 1989. Pengamat Pendidikan Nasional dan Humaniora. Pengamat Sepak Bola Nasional. Praktisi Teater.

1445 H (6) Membuat Hati Nyaman, Bukan Meresahkan!

Diperbarui: 16 Maret 2024   11:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Supartono JW

Orang-orang yang beriman, bertaqwa, cerdas akal, dan punya hati, tidak akan membuat orang lain, pihak lain: resah hati.

(Supartono JW.16032024)

Sabtu pagi (16/3/2024), di  lingkungan kami, cuaca mendung.  Hujan pun turun kembali. Tidak terasa bagi sebagian Umat Muslim di Indonesia, hari ini sudah ada yang memasuki hari ke-6, ada yang baru memasuki ibadah Ramadan ke-5.

Dari berbagai kisah dan kejadian kehidupan ini, rasanya banyak hal yang dapat saya tulis sebagai potret kejadian untuk artikel saya di 1445 H (6). Karenanya saya putuskan menulis "Membuat Hati Nyaman, Bukan Meresahkan!". Untuk mewakili hati-hati rakyat jelata/umat yang resah.

Meresahkan hati

Bila kita indentifikasi sikap dan perbuatan masyarakat, mulai dari rakyat jelata hingga pemimpin di negeri ini, apalagi dalam suasana proses Pemilu yang sedang berjalan, perbuatan yang meresahkan hati, pemicunya justru para elite dan pemimpin negeri kita sendiri.

Rakyat pun resah hati, ingin tahu kebenaran. Benarkah ada 58 dan 42 persen rakyat yang terbelah dalam proses Pemilu? Atau Kisah 58 dan 42 persen rakyat ini memang hanya rekaan. Bila benar ada rakyat yang tergolong menjadi pemilih Pemilu yang 58 persen, mereka rakyat yang mana, yang seperti apa? Lalu, 42 persen, mereka rakyat yang mana, yang seperti apa juga?

Selain hal tersebut, di negeri ini, terlalu banyak hal yang meresahkan hati rakyat. Sebab, sebagian rakyat mengganggap bahwa pemimpin negeri malah meneladani perbuatan yang tidak beretika dan tidak bermoral, demi melanggengkan kekuasaan. Sementara rakyat tetap dalam kebodohan, kemiskinan, dan penderitaan. Meski sudah memasuki bulan Ramadan.

Membuat nyaman

Terkait hal yang meresahkan ini, dalam artikel Ramadan, saya berharap di Masjid mana pun, janganlah Salat Tarawih dan hal-hal yang mendukungnya, membuat jamaah Masjid menjadi resah, sebab ada Masjid yang menyelenggarakan Program Salat Tarawih berlama-lama. Ini bukan malah membuat hati nyaman.

Selain para Imam yang bacaan Salatnya panjang-panjang, ada beberapa Masjid yang juga menyelipkan acara Kuis, Kultum, dan lainnya. Parahnya lagi, sudah Imam bacaan Salatnya panjang-panjang atau lambat, yang Kultum juga sering tidak menyadari, bahwa kepanjangan dari Kultum itu, kuliah tujuh menit. Tetapi faktanya, hampir rata-rata, petugas Kultum selalu memakai waktu lebih dari tujuh menit.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline