Sandiwara tentang orang-orang yang tidak pernah selesai dengan dirinya sendiri, ibarat orkes simfoni di negeri ini. Untuk mencapai langkah, sikap, dan perbuatannya kepada tujuan, menghalalkan segala cara, melibatkan pihak-pihak yang senanda dan seirama "licik dan jahat"-nya.
(Supartono JW.27022024)
Kendati tidak memiliki "kemampuan" cukup, maka pikiran dan hati yang "kotor" akan menjadi "dewa" dalam rangka memaksakan kehendak agar cita-cita yang mustahil dapat tergapai, menjadi jalan mulus karena berhasil menyatukan pikiran dan hati orang-orang yang belum selesai dengan dirinya sendiri berada di pihaknya, berada di gerbongnya. Demi mewujudkan ambisinya, dengan janji gratisan.
(Supartono JW.27022024)
Apa itu selesai dengan dirinya?
Dari berbagai pemahaman, orang yang sudah selesai dengan dirinya sendiri, biasanya sudah tidak lagi menjadikan hal-hal sepele tentang dirinya adalah hal besar. Sudah tidak akan lagi memikirkan: Hari ini bisa makan atau tidak? Hari ini mau makan apa? Hari ini mau makan di mana? Apalagi memikirkan: Hari ini makan siapa?
Kemudian akan menganggap bahwa kebahagiaan orang lain adalah kebahagiaannya juga. Tetap mendahulukan kepentingan dirinya dan kepentingan orang lain. Karena mencintai dirinya, maka mencintai orang lain.
Sebab sudah membereskan permasalahan hidupnya, maka mengabdikan dirinya untuk orang lain, untuk masyarakat, untuk rakyat. Sadar diri bahwa sebaik-baik orang adalah yang bermanfaat untuk orang banyak.
Kapan seseorang akan selesai dengan dirinya sendiri? Kapan seseorang akan mengatakan cukup untuk dirinya dan mulai memikirkan orang lain, masyarakat, rakyat? Waktunya akan mengalir sesuai dengan kapan seseorang itu sudah beragama dengan benar dan baik. IQ dan EQnya sudah terdidik dengan benar dan baik pula. Sehingga lahir kesadaran diri yang hakiki, yaitu menggambarkan kebenaran, kenyataan, dan kebahagiaan yang sesungguhnya.
(Supartono JW.27022024)
Janji memberi gratis=pamrih
Orang-orang yang kaya pikiran dan kaya hati, biasanya mendapatkan kesuksesan, jabatan, kedudukan, kekuasaan, hingga harta benda atas ketekuanan dan jerih payah dari kaki dan tangan sendiri. Tetapi tidak pernah malu atau lupa mengakui bahwa semua yang diraih dan dicapainya atas dukungan dan bantuan orang lain serta atas izinNya, sehingga selalu menjadi manusia yang pandai bersyukur, pandai berterima kasih, tahu diri, rendah hati, karena sudah selesai dengan dirinya sendiri.