Lihat ke Halaman Asli

Supartono JW

Pengamat pendidikan nasional, sosial, dan pengamat sepak bola nasional. Ini Akun ke-4. Akun ke-1 sudah Penjelajah. Tahun 2019 mendapat 3 Kategori: KOMPASIANER TERPOPULER 2019, ARTIKEL HEADLINE TERPOPULER 2019, dan ARTIKEL TERPOPULER RUBRIK TEKNOLOGI 2019

Mencari Berkah, Hidup Wajar Tanpa Topeng

Diperbarui: 26 Februari 2024   18:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Supartono JW


Manusia yang kaya pikiran dan kaya hati, akan melakukan sikap, perbuatan, kegiatan, hingga pekerjaan dan lainnya, yang ditekuni, jalani, apa adanya, wajar. Sesuai aturan dan norma. Tidak sebagai "topeng".

(Supartono JW.26022024)

Memahami berapa persen rakyat Indonesia yang sudah terdidik, sepertinya hanya sedikit rakyat Indonesia yang tahu tentang ini?

Ilustarasi Supartono JW

"Berpendidikan tinggi. Cerdas IQ dan EQ. Beragama dengan benar dan baik. Menjalankan kehidupan di lingkungan keluarga, masyarakat, dan kehidupan bernegara dengan adat istiadat dan budaya sesuai norma. Tidak culas, tidak licik, tidak bertopeng, tidak memihak kepentingan, adalah MUSUH TERBESAR "PENJAJAH" (baca: orang yang menguasai, menindas dan sebagainya)."(Supartono JW.26022024)

Berikutnya, ada pertanyaan:
(1) Apakah sikap, perbuatan, kegiatan, hingga pekerjaan dan lainnya, yang saya tekuni, jalani, nampak bermaslahat, padahal hanya "topeng"? Sebab, ada visi-misi dan tujuan terselubung untuk kepentingan pribadi demi jabatan, kekuasaan, dan harta.

(2) Berapa persen, saya "berbagi" dari harta yang saya dapatkan, untuk kemaslahatan masyarakat/umat sepanjang masih diberi nafas hidup?

(3) Berapa persen saya menjadi orang yang bertanggung jawab atas kewajiban-kewajiban kepada pihak lain, sementara saya sudah mendapatkan hak?

(4) Berapa persen dari setiap sikap, perbuatan, kegiatan, hingga pekerjaan dan lainnya, yang saya tekuni, jalani, saya hanya memanfaatkan dan mengambil keuntungan untuk kepentingan jabatan, kedudukan, kekuasaan, hingga harta yang sejatinya bukan hak saya?

(5) Berapa persen dalam hidup saya, sudah menjadi orang yang tahu diri, tahu berterima kasih, setelah orang lain membantu dalam mendidik dan mengembangan sikap, perbuatan untuk praktik kegiatan, hingga pekerjaan, dan lainnya, yang saya tekuni, jalani?

(6) Adakah saya termasuk orang yang takut kehilangan bukan milik?

(7) Apakah saya termasuk orang yang suka menahan rezeki orang lain? Suka menahan hak orang lain?

(8) Apakah dalam berderma, menyumbang, donasi, dan lainnya, saya orang yang pamrih?

(9) Jangankan uang/harta pribadi, uang/harta orang lain saja diambil untuk kepentingan dan keuntungan pribadi. Apakah saya orang yang seperti itu?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline