"Ngapain curang, kita pasti menang." Itulah pernyataan seseorang yang kini masih ada di dalam tubuh kekuasaan, saat menjawab pertanyaan host di siaran televisi pada Sabtu (10/2/2024).
Seseorang ini, setelah dicecar berbagai pertanyaan, termasuk masalah kampanye, moral, etika, dinasti, hingga bansos, pada setiap bagian jawabannya selalu menambahkan: "Kita lihat saja, tanggal 14 malam, apa yang dipersoalkan terkait kampanye, moral, etika, dinasti, hingga bansos berpengaruh pada rakyat saat memilih?"
Atas pernyataan tersebut, mengingatkan saya pada peristiwa Pemilu 2014 dan Pemilu 2019. Saat itu, sebelum Pemilu berlangsung, selalu ada pihak yang memastikan bahwa yang akan jadi Presidenya pasti, Jokowi.
Benar saja, setelah pencoblosan berlangsung baik di Pemilu 2014 mau pun 2019, benar Jokowi yang menang. Jokowi yang jadi Presiden 2014. Kemudian di 2019, juga Jokowi lagi.
Kondisi ini juga mengingatkan saya pada salah satu acara pencarian bakat nyanyi di televisi. Kendati publik tahu penentuan pemenangnya dari hasil vote pemirsa, tetapi ada juga pihak yang membocorkan, bahwa vote pemirsa itu hanya sandiwara, sebab, pihak stasiun televisi, kabarnya, sudah menentukan siapa juaranya, meski babak final belum berlangsung. Ini tentu, terkait kepentingan pihak stasiun televisi bersangkutan.
Rakyat tidak percaya?
Dari kasus-kasus tersebut, saya juga mendengar obrolan warga di tempat-tempat saya ikut bersosialisasi, bahkan ada yang meminta pencerahan, agar mereka tidak salah pilih Presiden.
Pasalnya, beberapa warga yang ingin pencerahan tetap kawatir, akan percuma menggunakan hak pilihnya, tetapi sebenarnya sudah ada pihak yang membuat skenario dan penyutradaraan, sudah menentukan siapa Presiden RI di 2024, sama seperti di 2014 dan 2019.
Percuma menggunakan hak pilihnya, bila pemenang Pemilu, Presidennya memang sudah ditentukan sebelum pengumuman hasil pencoblosan.
Kekawatiran masyarakat, memang bisa jadi benar. Terlebih, seseorang yang masih berada di tubuh pemerintahan pun sangat yakin, pihak atau Capres yang didukungnya pasti menang. Sebab, sangat enteng menyatakan "Ngapain curang, kita pasti menang."
Luar biasa, dari indikasi dan pengalaman yang sudah-sudah, sepertinya, rakyat Indonesia memang harus kembali menerima, bila Presidennya memang sudah ditentukan oleh "mereka" karena berbagai latar belakang dan alasan.