Lihat ke Halaman Asli

Supartono JW

Pengamat pendidikan nasional dan sosial. Konsultan pendidikan independen. Prakitisi dan Narasumber pendidikan. Praktisi Teater. Pengamat sepak bola nasional. Menulis di berbagai media cetak sejak 1989-2019. Ribuan artikel sudah ditulis. Sejak 2019 rehat menulis di media cetak. Sekadar menjaga kesehatan pikiran dan hati, 2019 lanjut nulis di Kompasiana. Langsung meraih Kompasianer Terpopuler, Artikel Headline Terpopuler, dan Artikel Terpopuler Rubrik Teknologi di Akun Pertama. Ini, Akun ke-Empat.

Ayo Garuda U-24, dengan Keterbatasan, Yakin Mampu Singkirkan Kirgistan

Diperbarui: 18 September 2023   20:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber Foto: CNN Indonesia


Bersyukurlah sebagai rakyat Indonesia, masih diberikan kemurahan dan keberkahanNya dapat mencari makan di Republik ini. Maka, berikanlah jiwa dan raga untuk bangsa dan negara. Apalagi untuk kepentingan bersaing prestasi dengan negara lain. Apa pun levelnya.

(Drs. Supartono, M.Pd. / Supartono JW.18092023)
Pengamat pendidikan Nasional, sastra, dan sosial. Pengamat sepak bola nasional

Saat Piala AFF U-23 2023 yang lalu, siapa yang menjadi salah satu penyebab Timnas Indonesia U-23 gagal meraih juara? Jawaban faktanya, adalah Timnas Indonesia U-23 yang diasuh Shin Tae-yong (STy) yang membikin mereka gagal sendiri, karena kalah adu pinalti versus Vietnam.

Tetapi bila STy dibantu oleh semua pemain terbaik Indonesia, apakah bukan hal mustahil bila Garuda Muda dapat menang tanpa harus melalui adu pinalti? Jawabnya, tidak mustahil Indonesia dapat meraih juara.

Sayang, dengan selalu mengkambing hitamkan turnamen bukan agenda FIFA, maka beberapa manusia-manusia asli Indonesia yang mempekerjakan orang asing, malah sudah hilang jiwa nasionalismenya. Sehingga, Timnas yang seharusnya berisi pemain-pemain terbaik Indonesia, harus terhalang oleh kepentingan pribadi. 

STy pun harus terhukum oleh sikap egois dan individualis yang jauh dari budaya dan karakter nenek moyang bangsa Indonesia. Harus menerima keadaan karena pemain terbaik yang dibutuhkan berlaga di Piala AFF, dilarang bergabung membela negara bersama Timnas sepak bola Indonesia.

Pelarangan itu, alasan klasiknya, selain berlindung di balik kambing hitam agenda FIFA, lalu pemain yang dibutuhkan Timnas, adalah pemain andalan klub, atau setok pemain yang terbatas, padahal setiap klub minimal mendaftarkan berapa pemain dalam kompetisi,  mungkin manusia-manusia yang menghalangi pemain yang dianggap terbaik bergabung bersama Timnas Sepak Bola Indonesia, mungkin adalah orang-orang yang tidak pernah pandai bersyukur.

Mungkin, saat sekolah juga tidak lulus mata pelajaran Pendidikan Moral Pancasila. Tetapi, mencari makan di Indonesia, tidak mau berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara, meski pun turnamen bukan agenda FIFA. 

Padahal Piala AFF tetap menjadi gengsi dan nama baik setiap bangsa dan negara Asia Tenggara, tidak terkecuali untuk publik sepak bola  Indonesia.

Hasilnya, publik sepak bola nasional tetap bersyukur. Dengan kompetensi STy, nyatanya dengan pemain yang kurang layak sebagai sebuah tim bernama Timnas, nyatanya tetap mampu di antar sampai ke partai puncak. Tidak meraih juara pun karena kalah adu pinalti dari Vietnam yang sepanjang laga bermain tidak sportif, tidak fair play.

Indra seperti STy

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline