Lihat ke Halaman Asli

Supartono JW

Pengamat pendidikan nasional dan sosial. Konsultan pendidikan independen. Prakitisi dan Narasumber pendidikan. Praktisi Teater. Pengamat sepak bola nasional. Menulis di berbagai media cetak sejak 1989-2019. Ribuan artikel sudah ditulis. Sejak 2019 rehat menulis di media cetak. Sekadar menjaga kesehatan pikiran dan hati, 2019 lanjut nulis di Kompasiana. Langsung meraih Kompasianer Terpopuler, Artikel Headline Terpopuler, dan Artikel Terpopuler Rubrik Teknologi di Akun Pertama. Ini, Akun ke-Empat.

Ikhlas Berbagi, Selalu Menjadi Gelas Kosong, Pikiran Jernih dan Hati Bersih

Diperbarui: 28 Juli 2023   18:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Supartono JW

Terus belajar menjadi manusia yang rendah hati. Menjadi gelas kosong dan ikut membagi ilmu pengetahuan dan pengalaman sekecil apa pun yang berhasil ditampung. Berpendirian, karena berdasarakan fakta, bukti, dan referensi. Bukan hanya sekadar pandai beropini dan subjektivitas pribadi.

(Supartono JW.28072023)

Selalu memposisikan diri sebagai gelas kosong. Terus belajar untuk menjadi manusia yang tahu diri dan rendah hati. Caranya, selalu membaca (menonton, mengamati, memperhatikan, dll) serta mendengarkan hal-hal terkait sesuai yang saya baca. Namun, memiliki pendirian karena diperkuat oleh fakta dan bukti, serta referensi yang sahih, yaitu: sah, benar, sempurna, tiada cela (dusta, palsu), sesuai dengan hukum (peraturan). Bukan hanya pandai beropini atau berdasarkan subyektifis pribadi. Maka, hasil belajar yang masuk ke gelas kosong (saya), saya abadikan dalam bentuk artikel. 

Artikel yang memotret kisah-kisah dari hasil belajar, saya bagikan untuk selalu mengingatkan diri sendiri. Pun sekadar berbagi untuk orang-orang yang masih merasa perlu atau mau belajar. Sebab dirinya senantiasa diposisikan sebagai gelas kosong. Sebagai manusia yang tahu diri dan rendah hati.

Itulah kehidupan keseharian saya, yang sudah saya lakukan sejak tahun 1989. Memotret kehidupan yang diabadikan dalam bentuk artikel. Dibagikan melalui media cetak. Dan, sejak media online hadir. Kini, praktis, semua potret kehidupanyang saya tulis, dibagikan melalui media online.

Tujuannya Terus belajar. Terus membaca. Terus mendengar. Terus Berbagi. Untuk mengisi gelas kosong dalam diri saya. Bila berguna bagi orang lain, silakan potret artikel itu, menjadi air yang dapat mengisi gelas-gelas kosong, bagi yang membaca dan mau mendengar apa yang saya tulis atau katakan dari hasil belajar.

Jadi, sharing, membagikan ilmu, pengetahuan, kisah, peristiwa, dll, bagi saya adalah sharing untuk mengisi gelas-gelas yang masih kosong. Maksudnya, mengisi pikiran dan hati saya yang selalu saya kosongkan, karena saya masih dan akan selalu mau terus belajar. Juga bagi orang lain, khususnya yang juga masih mau terus belajar, pikiran dan hatinya masih dikosongkan karena masih mau membaca dan mendengarkan. Bukan untuk orang-orang yang gelasnya sudah penuh. Maksudnya, pikiran dan hatinya sudah penuh. Tidak mau membaca dan tidak mau mendengar lagi. Karena sudah merasa hebat. Sudah merasa kompeten. Dan, sudah merasa yang lain-lainnya.

Berbagi membuat bahagia dan sehat

Dengan terus belajar, mau membaca dan mendengarkan orang lain. Lalu, membagikan apa yang kita dapat ke orang lain, yang juga menyiapkan diri sebagai gelas kosong, itu membahagiakan.

Michael Norton dari Harvard Bussiness School pada tahun 2008 melakukan penelitian bahwa memberikan uang kepada orang lain membuat orang yang mempunyai uang itu akan lebih bahagia ketimbang mempergunakan uangnya untuk keperluannya sendiri. Selain itu, Stephanie Post dalam bukunya yang berjudul "Why Good Things Happen To Good People" menyebutkan bahwa dengan berbagi terhadap sesama akan meningkatkan kesehatan orang yang sudah menderita penyakit kronis.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline