Lihat ke Halaman Asli

Supartono JW

Pengamat pendidikan nasional dan sosial. Konsultan pendidikan independen. Prakitisi dan Narasumber pendidikan. Praktisi Teater. Pengamat sepak bola nasional. Menulis di berbagai media cetak sejak 1989-2019. Ribuan artikel sudah ditulis. Sejak 2019 rehat menulis di media cetak. Sekadar menjaga kesehatan pikiran dan hati, 2019 lanjut nulis di Kompasiana. Langsung meraih Kompasianer Terpopuler, Artikel Headline Terpopuler, dan Artikel Terpopuler Rubrik Teknologi di Akun Pertama. Ini, Akun ke-Empat.

Orang yang Tahu bahwa Dirinya Tahu, Punya Uang dan Waktu

Diperbarui: 1 Juli 2023   15:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Supartono JW

Pertanyaan untuk diri saya: Apakah saya orang yang tahu bahwa diri saya tahu? Saya punya uang dan waktu untuk kemaslahatan diri, keluarga, dan masyarakat? Saya tidak takut kehilangan yang bukan milik saya? Saya mau membagikan yang menjadi hak orang lain?

(Supartono JW.01072023)

Menurut Imam Al-Ghazali, manusia dibedakan atas 4 digolongkan. Beberapa kali sudah saya tulis dengan kesimpulan,
(1) Ada orang yang tahu bahwa diri tahu.
(2) Ada orang yang tahu bahwa dirinya tidak tahu.
(3) Ada orang yang tidak tahu bahwa dirinya tahu.
(4) Ada orang yang tidak tahu bahwa dirinya tidak tahu.

Pertanyaannya, sepanjang hidup dan kehidupan di dunia yang sudah saya, kita lalui, saya, kita, termasuk golongan nomor berapa, ya?

Yang pasti, bila saya, kita termasuk golongan yang nomor (4), apakah saya, kita mau membohongi diri sendiri? Membohongi/menipu orang lain? Bagaimana berbohongnya, bagaimana menipunya, coba?

Orang kaya pikiran dan hati

Bila saya, kita, adalah termasuk golongan orang nomor (1), apakah ada orang yang membantu masyarakat dalam berbagai lini kehidupan, karena pamrih. Karena ada keluarga kita di dalamnya. Karena berharap masyarakat menghargai saya, kita?

Sekadar pamer, riya. Riya adalah satu di antara perbuatan yang dibenci oleh Allah SWT. Riya termasuk ke golongan perbuatan tercela dalam Islam. Perbuatan ini digambarkan sebagai seseorang yang melakukan suatu amalan yang bertujuan pamer agar bisa dilihat baik oleh manusia lainnya?

Atau demi untuk mendapatkan suara. Untuk kursi jabatan dan kedudukan. Tetapi setelah mendapatkannya, malah rakus. Lupa dari mana suara yang mengantar duduk di kursi. Lalu, jadi maling , mengambil atau mencuri, korupsi uang rakyat, demi kepentingan diri dan kelompoknya?

Jawabnya banyak orang yang seperti itu. Karena menjadi orang yang tahu bahwa dirinya tahu, justru memanfaatkan kelebihannya bukan untuk bersyukur, tetapi malah untuk berbuat yang tidak maslahat, licik, bahkan sampai membodohi, dan memanfaatkan orang lain untuk keuntungan dirinya.

Tetapi, meski demikian, lihatlah di sekeliling kita. Banyak orang yang tetap menyadari dan memahami, bahwa banyak orang lain yang membutuhkan uluran tangan "bantuan" dalam berbagai hal. Karena hingga saat ini, kondisi masyarakat Indonesia masih belum sesuai harapan seperti yang termaktub dalam Pembukaan UUD 1945. Masyarakat tetap merasakan ketidakadilan dan penderitaan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline