Menjaga kondisi intelegensi dan personality pemain sepak bola, sebab teknik dan speed yang terkuras oleh permainan dan cuaca, water break adalah solusinya.
(Supartono JW.14052023)
Minggu, 14 Mei 2023, usai Lebaran Idul Fitri 1444 Hijriah, menjadi pembuka lanjutan Kompetisi Liga Fair Play (LFP) U-14 yang dihelat oleh Indonesia Junior Soccer League (IJSL), yaitu pekan ke-8. Masih dalam suasana Idul Fitri, pun kondisi cuaca panas di Indonesia dan beberapa negara lain belum berubah, menjadikan panitia LFP membuat peraturan yang bijak. Peraturan bijak tersebut adalah tentang regulasi Water Break, yang sebelumnya, dari laga pekan ke-1 hingga pekan ke-7, belum diterapkan.
Menariknya, dengan kebijakan adanya regulasi water break ini, saya mencatat, jalannya kompetisi LFP dari laga pertama hingga laga kedelapan, LFP berjalan dengan sukses. Tidak ada hal negatif. Boleh saya sebut, pekan ke-8, semua laga berjalan manis.
Jalannya laga yang saya sebut manis ini, bisa jadi karena masih dalam suasana Idul Fitri. Atau memang seluruh pelaku dalam LFP ini, sudah benar-benar memahami dan dapat mengaplikasikan praktik fair play dengan benar dan baik.
Atas hasil catatan pekan ke-8 yang manis ini, lalu ada regulasi water break, maka dalam artikel LFP ke-8 ini, saya berkesempatan membahas tentang LFP, yang bukan hanya berguna bagi semua pelaku dalam LFP, namun juga dapat menjadi pelajaran khususnya bagi dunia sepak bola akar rumput.
Pelajaran water break ini dapat menjadi tambahan ilmu dan pengalaman bagi pelaku utama di setiap tim peserta LFP, yaitu:
a. Perwakilan (ujung tombak) yang ada di dalam WA Grup (WAG) LFP
b. Penanggungjawab/Pemilik SSB/Ketua
c. Ofisial (Manajer, Pelatih, Medis, Bagian.Umum, dll)