Lihat ke Halaman Asli

Supartono JW

Pengamat pendidikan nasional dan sosial. Konsultan pendidikan independen. Prakitisi dan Narasumber pendidikan. Praktisi Teater. Pengamat sepak bola nasional. Menulis di berbagai media cetak sejak 1989-2019. Ribuan artikel sudah ditulis. Sejak 2019 rehat menulis di media cetak. Sekadar menjaga kesehatan pikiran dan hati, 2019 lanjut nulis di Kompasiana. Langsung meraih Kompasianer Terpopuler, Artikel Headline Terpopuler, dan Artikel Terpopuler Rubrik Teknologi di Akun Pertama. Ini, Akun ke-Empat.

Emas SEA Games, Siapa Menanam, Siapa Memetik?

Diperbarui: 18 Mei 2023   15:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Supartono JW


Keberhasilan meraih emas sepak bola SEA Games, selain karena kompetensi Indra Sjafri dan tim pelatih yang handal, juga sebagai hasil dari kerja kolektif yang telah berproses panjang. Tidak semudah membalik telapak tangan. Bukan kerja instan. Banyak tangan yang andil di dalamnya. "Merekalah" yang pantas diapresiasi.

(Supartono JW.18052023)

Alhamdulillah, di dampingi empat asisten handal, di antaranya Bima Sakti, Kurniawan Dwi Yulianto, Eko Purdjianto, dan Sahari Gultom, Indra Sjafri sukses mempersembahkan medali emas cabang olah raga (cabor) sepak bola SEA Games, setelah dalam partai final menghepaskan si Gajah Perang, Thailand 5-2 di National Olympic Stadium, Phnom Penh, Kamboja, Selasa malam (16/5/2023).

Indra Sjafri pun mencatatkan diri sebagai pelatih lokal tersukses usai mengantar Pasukan Garuda, Timnas Indonesia U-22 juara SEA Games 2023. Pastinya, hasil ini menjadi pelepas dahaga. Pasalnya, prestasi sepak bola Indonesia di SEA Games sudah kerontang selama 32 tahun. Medali emas terakhir diraih Indonesia saat Garuda di asuh Anatoli Polosin pada SEA Games 1991.

Tim panser Indra Sjafri

Sejatinya, menonton laga Timnas Indonesia U-22 sepanjang gelaran SEA Games 2023 di Kamboja. Mulai dari fase Grup, babak semi final, dan babak final, saya seperti membaca sejarah ulang saat Jerman (baca: Jerman Barat) menjadi Juara Piala Dunia edisi ke-5 tahun 1954 di Swiss.

Tidak diunggulkan, tetapi sampai menembus final dan juara. Karena, dari laga ke laga, terus meningkat dan semakin panas, hingga puncaknya mencapai final dan juara Piala Dunia.

Statitik Jerman ternyata identik dengan panzer, kendaraan perang bermesin diesel yang bandel dan tambah panas, tambah meledak. Karenanya, di Piala Dunia edisi ke 5 tahun 1954 di Swiss inilah, julukan Der Panzer pertama kali muncul dan terus melekat sampai sekarang.

Hal ini mirip dengan perjalanan Timnas Indonesia U-22 dalam SEA Games Kamboja 2023 yang pada akhirnya sukses menghantam dua tim unggulan (Vietnam dan Thailand). Padahal, sejak proses pembentukan Timnas, banyak pihak yang meragukan Pasukan Garuda yang diasuh Indra Sjafri dapat berbicara di SEA Games kali ini. Meski dalam fase Grup, Indonesia hanya dikelilingi tim lemah.

Bersyukur, dengan PEDAGOGI ala Indra Sjafri plus TIM KEPELATIHAN yang SOLID, 20 pemain muda Indonesia yang dipilih masuk skuat Merah Putih, diperlakukan dengan MEMANUSIAKAN MANUSIA dan semua pemain dianggap sebagai PEMAIN UTAMA.

Modal tersebut, cukup signifikan bagi Indra dalam meramu tim, dengan belajar dan berproses dari laga ke laga di fase Grup. Anak-anak pun dapat tampil konsisten yang meningkat. Hingga Garuda menyapu bersih kemenangan di fase Grup.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline