Lihat ke Halaman Asli

Supartono JW

Pengamat pendidikan nasional dan sosial. Konsultan pendidikan independen. Prakitisi dan Narasumber pendidikan. Praktisi Teater. Pengamat sepak bola nasional. Menulis di berbagai media cetak sejak 1989-2019. Ribuan artikel sudah ditulis. Sejak 2019 rehat menulis di media cetak. Sekadar menjaga kesehatan pikiran dan hati, 2019 lanjut nulis di Kompasiana. Langsung meraih Kompasianer Terpopuler, Artikel Headline Terpopuler, dan Artikel Terpopuler Rubrik Teknologi di Akun Pertama. Ini, Akun ke-Empat.

(14) Antara yang Pintar dan Jujur di +62

Diperbarui: 5 April 2023   17:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Supartono JW


Kekurangan orang pintar dan orang jujur yang berkepanjangan, sulit mengubah nasib kehidupan rakyat Indonesia secara benar dan mujur, (adil dan makmur).

(Supartono JW.Ramadhan14.1444H.050420223)

Jelang setengah bulan menjalani ibadah Ramadhan 1444 Hijriah, tepatnya kini memasuki hari ke-14, di fase pengampunan (maghfirah/magfirah), di negeri tercinta ini, justru tetap banyak drama-drama terkait kehidupan nyata, yang akar masalahnya bersumber dari kata-kata pintar dan tidak jujur.

Dalam sebuah adegan sinetron Ramadhan di salah satu stasiun televisi nasional, Rabu pagi (5/4/2023), ada dialog pemain yang sekurangnya menyebut "orang pintar banyak, tetapi yang jujur sedikit."

Ungkapan itu selama ini, memang sangat lazim dihafal oleh masyarakat Indonesia, meski salah kaprah. Karenanya, saya juga memahami, mengapa ungkapan itu masih dijadikan dialog dalam sinetron. Sementara faktanya tidak seperti itu, khususnya yang terjadi di Indonesia. 

Dalam konteks ini, mengapa saya bahas hal itu, pasalnya, sinteron ini menjadi tontonan yang selalu ditunggu masyarakat Insonesia sambil menemani waktu saur.

Jadi, khususnya untuk penulis naskahnya, minimal melalui artikel ini, saya mengingatkan, bahwa orang yang pintar di Indonesia masih belum banyak juga.

Bahkan, dari sebagian yang pintar, kepintaran dan kecerdikannya justru digunakan dengan licik, untuk membodohi yang belum pintar dan tidak cerdik (licik).

Selain itu, masyarakat juga masih mengelus dada, mengapa ada drama tentang transaksi mencurigakan 349 triliun, yang malah baru di adegan awal. (Baru ketahuan). 

Sementara drama korupsi di Indonesia malah sudah mendarah daging. Adegannya sudah berjilid-jilid. Pelakunya juga dari kalangan yang itu-itu saja. Semua itu dilakukan karena dasarnya, para aktornya pintar yang cerdik, lalu licik serta tidak jujur.

Selain itu,  terkait Piala Dunia U-20 yang dibatalkan FIFA, pada Rabu (5/4/2023) juga, Kementerian Luar Negeri menyatakan banyak warga Indonesia sadar terkait posisi negara terkait konflik Israel-Palestina usai heboh FIFA mencabut status tuan rumah Piala Dunia U-20. Hal ini disampaikan oleh juru bicara Kemlu RI, Teuku Faizasyah, kepada awak media.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline