Lihat ke Halaman Asli

Supartono JW

Pengamat pendidikan nasional dan sosial. Konsultan pendidikan independen. Prakitisi dan Narasumber pendidikan. Praktisi Teater. Pengamat sepak bola nasional. Menulis di berbagai media cetak sejak 1989-2019. Ribuan artikel sudah ditulis. Sejak 2019 rehat menulis di media cetak. Sekadar menjaga kesehatan pikiran dan hati, 2019 lanjut nulis di Kompasiana. Langsung meraih Kompasianer Terpopuler, Artikel Headline Terpopuler, dan Artikel Terpopuler Rubrik Teknologi di Akun Pertama. Ini, Akun ke-Empat.

Bagaimana Mengobati Kecerdasan Indonesia yang Terus Terpuruk, Sakit?

Diperbarui: 29 September 2022   16:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Kompas.com


Tatkala dunia pendidikan Indonesia terus terpuruk, terkini, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, danTeknologi (Menristekdikti) Nadiem Anwar Makarim malah sedang kesandung masalah.

Tim Bayangan yang dibuatnya, dipuji PBB. Di Indonesia, Nadiem malah disidang DPR, kemudian Nadiem mengakui salah menggunakan istilah Tim Bayangan. Tapi DPR dan beberapa pihak tetap mempertanyakan sumber anggaran untuk membiaya 400 orang dalam Tim bentukan Nadiem itu.

Sejatinya Tim Bayangan, saya sebut sebagai bukti kreativitas dan Inovasi nyata Nadiem, sebab sejak Indonesia merdeka, inilah kali pertama Menristekdikti membuat terobosan di bidang pendidikan, menyelaraskan dengan kemajuan zaman dan teknologi.

Namun, menyoal hal yang dipermasalahkan, terutama menyangkut anggaran, memang Nadiem wajib terbuka dan jujur.

Pertanyaannya, apa yang dilakukan Nadiem dengan Tim Bayangan yang teknologi-aplikasi, apakah ada signifikasinya dalam rangka mengentaskan keterpurukan pendidikan Indonesia yang rapornya selalu merah? Atau Nadiem hanya berinovasi dengan perangkat teknologi, sementara ujung tombak pendidikan=guru yang menjadi sumber benang kusut, mau diubah dengan teknologi? Apa bisa? Apa kognisi, qfektif dan motorik anak, dididik dengan teknologi? Bisa berhasil?

Kecerdasan Indonesia, tercecer?

Terlepas dengan apa yang sedang diupayakan oleh Nadiem, Nadiem juga tetap wajib menyimak tentang rapor kecerdasan Indonesia. Lalu, bagaimana kreativitas dan inovasinya dalam mengatasi rapor kecerdasan yang terpuruk?

Menyoal rapor kecerdasan, di media massa Indonesia, sudah ada yang mempublikasikan sejak Februari 2022. Tetapi ada juga media massa yang baru menayangkan beritanya di September 2022 ini, meski sumbernya sama. Mungkin, media yang baru menayangkan informasinya di September ini, sekaligus demi mengingatkan Nadiem yang ternyata sibuk dengan Tim Bayangan.

Dari laporan World Population Review, yang sudah diberitakan Februari atau September 2022 ini, psikolog asal Inggris Richard Lynn melakukan penilaian terhadap 203 negara di dunia untuk mengukur tingkat kecerdasan penduduk di masing-masing negara.

Judul penelitiannya: The Intelligence of Nations, yang dilakukan Lynn bersama sejawatnya David Becker untuk mengukur IQ warga di 132 negara dan menghitung perkiraan skor untuk 71 negara lainnya dengan penilaian IQ yang memperhitungkan tiga indikator utama yaitu kemampuan literasi, matematika, dan sains.

Menariknya, penelitian Lynn mendapat banyak kritikan, misalnya terkait metode yang digunakan. Namun, untuk sementara riset tersebut tetap dipandang masih yang paling komprehensif.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline