"Sebenarnya siapa sih Supartono JW itu?" Ungkap seorang sahabat saat ngobrol via chating melalui whatsapp. Mengapa sahabat saya mengungkap pertanyaan tersebut? Sebab, sahabat ini sudah saya kenal lama dan sangat memahami kedalaman dan perjalanan hidup kita masing-masing, maka mustahil pertanyaan itu muncul secara tiba-tiba.Mengapa sahabat saya mengungkap pertanyaan tersebut, karena dia sering mendapati artikel yang saya tulis berbeda topik/tema. Sementara dia juga sangat paham sepak terjang saya dalam dunia jurnalistik sebagai sambilan dan hobi maupun pekerjaan nyata.
Setelah bertanya sebenarnya saya ini siapa? Dia pun melajutkan "sekarang pengamat politik, besok pengamat budaya, besok pengamat bola, ...".
Dia juga melanjutkan "Sebenarnya sih, orang bingung... Supartono JW itu, siapa?"
Bahkan dia juga mendapat pesan dari sahabat saya yang lain, katanya "Saya tahu, Supartono JW kolomnis di ...".
Selanjutnya sahabat saya yang juga menjadi master trainer ini mengungkap "Memang butuh energi besar untuk menjadi generalis, sebab dia menyebut dalam setiap trainingnya, tidak ada orang yang ahli di semua bidang. Orang harus fokus. Coba lihat, orang sukses pasti orang yang pilih satu bidang."
Dan dia mencontohkan sosok-sosok tokoh yang sukses dalam menggeluti satu bidang, karena hal tersebut akan terus menjadi "personal branding".
Dari semua yang diungkap oleh sahabat saya ini, makanya bagi saya sangat menarik untuk saya angkat menjadi pembahasan dalam catatan ini, terutama demi menjawab Supartono JW Itu siapa? Dan, barangkali juga dapat membantu menjawab pertanyaan menyoal Supartono JW-Supartono JW lainnya yang memiliki kesamaan kisah.
Perjalanan panjang dapat label
Sebagai lulusan sarjana dan megister bahasa, lalu sebagai aktor teater, serta pemain bola sebagai hobi. Ternyata, tiga ranah kehidupan tersebut, semuanya adalah prioritas dan fokus saya dalam mengarungi kehidupan ini. Karena tiga bidang tersebut saya tekuni secara beriringan hingga sekarang. Sehingga, di dalam perjalanannya, saya akhirnya memiliki pengalaman langsung dalam ketiga bidang tersebut sebagai praktisi.
Dengan bekal ijazah pendidikan bahasa, kehidupan nyata saya, akhirnya berkutat dalam dunia pendidikan, dirintis mulai dari menjadi guru. Dalam bidang hobi, menjadi bagian dan berperan sebagai aktor dalam kelompok teater terbesar Indonesia, semakin melengkapi pengetahuan teori dan praktik saya di luar teori dan praktik pendidikan bahasa, yaitu menjamah kepada semua aspek kehidupan.
Menjadi seorang aktor, pembelajaran dan studi pemerannya juga harus menguasai bidang pendidikan, politik, ekonomi, sosial, budaya, kemananan hingga humaniora.
Sementara menjadi pemain sepak bola juga tidak hanya sekadar menguasai teknik dan fisik, namun juga harus cerdas intelegensi dan personaliti. Karena saat dimainkan, permainan sepak bola tak ubahnya panggung drama dan kehidupan yang juga ada taktik, intrik, dan politik.