Lihat ke Halaman Asli

Supartono JW

Pengamat

Antara Anji-Profesor, Jerinx, Peluru Perak WHO, dan Para Menteri Jokowi

Diperbarui: 4 Agustus 2020   21:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Tribunnews.com

Mari kita tunggu pergerakan para menteri Jokowi dalam dua minggu ke depan, kita tunggu perkembangan kasus Anji dan sang profesor, dan bagaimana dengan sikap Jerinx yang masih "dibiarkan" di tengah corona yang terus menggerus Indonesia.

Bila WHO juga masih banyak dianggap oleh dunia ada konspirasi di balik corona, maka rakyat Indonesia juga tahu, ada pihak di Indonesia malah menjadikan corona sebagai kendaraan untuk mencari keuntungan. Bingungkan?


Tidak seperti di negara lain di dunia ini, menyoal pandemi Covid-19 di Indonesia memang paling menarik dan unik. Menarik dan uniknya, karena selain pemerintah Indonesia yang sejak awal kehadiran wabah corona ini tak tegas dalam hal pencegahan, antisipasi, dan penanganan Covid-19 (PAPC-19), bahkan cenderung oleh masyarakat dibilang "compang-camping" hingga kasus pun sampai melampaui jumlah negara asli produsen corona, China karena Presiden pun tetap kukuh pada penyelamatan ekonomi, bukan nyawa.

Lalu, tak percayanya masyarakat kepada cara PAPC-19 pemerintah dan menyebabkan menjadi abai, cuek, skeptis (kurang percaya; ragu-ragu terhadap keberhasilan), di tambah pula ada kelompok masyarakat yang sangat vokal menentang corona sebagai buah dari konspirasi.

Untuk pemerintah sendiri, menarik dan uniknya adalah Presiden Jokowi sampai dalam rapat terbatas (ratas) dihadapan para menterinya jengkel dalam dua eposede, pasalnya anggaran untuk PAPC-19 yang telah disiapkan hingga sekarang baru terserap 20 persen. Padahal masyarakat sudah sangat kesusahan dan menderita. 

Sehingga, banyak pihak terus mengungkapkan bahwa dalam kondisi seperti ini, negara tidak hadir. Negara tidak memihak kepada rakyat. Sejak awal corona, negara lebih memilih nyawa rakyat melayang karena yang diprioritaskan ekonomi, pun tak mau menggelontorkan dana/bantuan untuk rakyat.

Untuk masyarakat, menarik dan uniknya adalah baik masyarakat yang sudah terdidik maupun belum terdidik, dalam kehidupan sehari-hari, sejak corona hadir, tetap saja menjalani kehidupan normal seperti sedang tidak ada virus corona dan mengabaikan protokol kesehatan hampir di semua tempat umum, pasalnya masyarakat harus tetap makan, sementara kehadiran negara untuk makan masyarakat ini jauh dari amanah. 

Padahal corona telah akibatkan PHK massal, pemotongan gaji, matinya usaha di berbagai sektor formal dan informal, yang membikin masyarakat semakin hidup dalam tekanan ekonomi, sosial, dan kesulitan yang berkepanjangan, serta polemik pendidikan.

Menarik dan unik lainnya, adanya musisi bernama Jerinx, yang sejak awal corona juga tetap konsisten menyuarakan bahwa virus corona adalah hasil dari konspirasi. Bahkan, di dunia maya, media sosial, hingga menjadi konsumsi media massa, Jerinx banyak terlibat berkonfrontasi dengan berbagai pihak yang kurang simpatik kepadanya.

Sikap Jerinx ini, memang hingga sekarang masih tetap dibiarkan oleh pemerintah tetap "mengudara". Meski, bisa jadi, dari sikap Jerinx ini, juga memiliki andil mempengaruhi pikiran masyarakat yang jadi semakin abai terhadap upaya PAPC-19 dan protokol kesehatan.

Belum usai persoalan Jerinx yang terus menambah daftar tantangannya kepada berbagai pihak bahwa apa yang dipikirnya adalah benar tentang bukti corona hasil konspirasi, kini masalah bertambah lagi dengan kasus musisi bernama Anji.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline