Lain Indonesia, lain Jerman. Bila, selama ini pemerintah Jerman telah konsisten dan disipilin dalam PAPC-19 di negaranya, rakyat Jerman yang berbeda dengan rakyat +62, terpublikasi di media nasional, Minggu (2/8/2020), ribuan rakyat Jerman malah memprotes dan menolak aturan-aturan protokol kesehatan untuk PAPC-19.
Di Indonesia mana ada rakyat protes? Sebab, memang tak ada yang perlu diprotes dari kebijakan dan peraturan pemerintah pusat yang tidak pernah konsisten. Bila ada masyarakat daerah yang protes, itupun karena tercium aroma, bahwa corona malah dijadikan sarana untuk beberapa pihak mencari "keuntungan".
Corona tak terkendali di Indonesia, tapi upaya pemerintah yang nampak kini hanya penertiban pemakaian masker di tengah masyarakat.
Sementara masyarakat yang sudah tak percaya pemerintah, malah semakin cuek dan abai, padahal corona memang ada, dengan fakta klaster baru penyebaran Covid-19 terus bermunculan.
Lalu, jumlah kasus terkonfirmasi positif Covid-19 di Indonesia bertambah menjadi 111.45 kasus, sebab pada Minggu (2/8/2020) kasus bertambah 1.519 sesuai data dari Satgas Penanganan Covid-19.
Bila sebelum ini, pemerintah pusat dan pemerintah daerah nampak begitu berjibaku dalam upaya pencegahan, antisipasi, dan penanganan Covid-19 (PAPC-19), tertutama dengan PSBB dan aturan ketat pergerakan masyarakat antar daerah, teurtama dari zona merah, kini aturan perjalanan malah sudah sangat longgar.
Naik kereta maupun naik pesawat, hanya perlu selembar surat test yang murah langsung di stasiun kereta maupun bandara. Malah, naik bus antar daerah juga hanya diperlukan syarat selembar foto kopi KTP.
Tempat-tempat pariwisata, tempat-tempat makan dan restaurant, kini semua bahkan sudah seperti normal. Jalan-jalan raya pun nampak normal tak mengesankan bahwa di Indonesia kasus corona masih sangat tinggi.
Pertanyaannya, sebenarnya kini pemerintah sedang berbuat apa untuk rakyat, di tengah corona yang terus mengganas.
Bahkan WHO dalam rilisnya yang juga telah terpublikasi di berbagai media, Sabtu (1/8/2020) menyatakan pandemi Covid-19 akan berlangsung lama karena petugas kesehatan yang kelelahan dan terjangan tekanan ekonomi di hampir semua negara yang terpapar corona.
Ironisnya, pemerintah melalui Juru Bicara Satuan Tugas Covid-19, Wiku Adisasmito mengatakan, perubahan perilaku masyarakat dalam menjalankan protokol kesehatan dengan disiplin sangat penting untuk memutus mata rantai Covid-19.