Bila angkuh, ego dipandang sebagai kuat, dan rendah hati, adalah lemah.
(Supartono JW.18052020)
Hari ke-25 Ramadan, mendekati lima hari lagi Idul Fitri, sudah saatnya kita semua, mulai menurunkan tensi. Sebab, sepanjang 24 hari ibadah Ramadan yang telah kita lewati, dari fase 10 hari pertama, 10 hari ketiga, dan kini sedang di 10 hari ketiga, penuh dengan serba-serbi yang menguras pikiran dan enegi karena beribadah di tengah pandemi corona dan situasi sosial budaya Indonesia yang kurang kondusif.
Mengapa kurang kondusif? Masing-masing dari kita, mulai dari rakyat biasa hingga elite partai dan pemimpin bangsa, terus saling tebar masalah yang semakin sulit diurai.
Bahkan dalam dua hari ini pun sampai muncul #IndonesiaTerserah. Ini menandakan dan mencerimkan adanya rasa frustasi atas keadaan dan kondisi yang ada, sebagai akibat dari ulah manusianya.
Ulah manusia di sini, karena masing-masing pribadi (rakyat) dan pemimpin/pemerintah sesuai bidang-bidang kepentingannya, semua lebih mengedepankan ego nya dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah.
Semua kejadian itu, justru nampak seperti sedang dalam bulan Ramadan. Permasalahan umumnya adalah, sebagai manusia, kita semua memiliki kelemahan merasa diri kita lebih dari orang lain. Memandang rendah orang lain. Orang lain dianggap lebih bodoh. Terkadang kita juga melihat rendah orang lain, ilmunya kurang dibanding kita, dan lain sebagainya.
Oleh karena itu, di bulan Ramadan yang tersisa lima hari lagi, harus kita pahami bahwa ibadah puasa Ramadan di antaranya mengajarkan kita untuk selalu rendah hati. Rendah hati adalah sikap menyadari keterbatasan kemampuan diri, dan ketidakmampuan diri sendiri, sehingga dengannya seseorang tidaklah angkuh dan tidak sombong.
Dalam QS Al-Furqon: 63, Allah berfirman "Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan".
Coba, apa yang tarjadi selama Ramadan di tengah pandemi corona hingga lahirlah #IndonesiaTerserah? Berapa banyak orang yang angkuh di negeri ini? Memandang rendah kepada orang lain, tinggi hati, sombong dan congkak?
Saat dikritik, tidak mau menerima, lalu membawa persoalan ke pengadilan, karena sedang memiliki jabatan dan dukungan. Saat dikasih masukan, diingatkan, diperingati, malah balik melawan dan menyerang, meski sadar dirinya memang salah.