Lihat ke Halaman Asli

Supartono JW

Pengamat

(14) Ramadan Tak Biasa, Tradisi, Mengendalikan Perilaku, dan Mental

Diperbarui: 7 Mei 2020   00:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi Ramadan | sumber: Pixabay

Mental yang kuat-sehat, menuntun perlaku yang benar dan cermat. (Supartono JW.07052020)

Ramdan Tak Biasa (RTB) di tengah pandemi corona, kini sudah memasuki hari ke-14, yang juga bertepatan dengan Hari Raya Umat Budda, Hari Raya Waisak, Kamis, (7/5/2020). 

Bagi umat muslim, masih ada separuh jalan Hari Raya Idul Fitri 1441 Hijriyah akan tiba. Namun, di tengah situasi pandemi yang terus menyebar, selain tradisi ibadah Ramadan yang sudah diharuskan dilaksanakan di rumah, kemudian tradisi mudik pun di larang, maka ada beberapa tradisi lain yang sejak sekarang masyarakat wajib menyiapkan diri, terutama secara psikologis (perilaku dan mental) karena juga akan bernasib sama seperti ibadah Ramadan dan Mudik. 

Perilaku dan mental 

Sejatinya, akibat corona, perilaku dan mental umat muslim, tetap saja masih sulit diubah sesuai aturan yang diterapkan pemerintah dan fatwa MUI, karena masih tetap memaksakan diri beribadah Ramadan ke Masjid. Pun tetap dengan berbagai cara, berupaya lolos dari titik chekpoint petugas mudik agar dapat sampai ke kampung halaman. 

Nampak jelas bahwa perilaku dan mental masyarakat masih sangat memprihatinkan, karena mengabaikan semua anjuran dan peraturan demi pencagahan corona. 

Padahal, bila corona telah usai, tentu persoalan ibadah dan mudik akan kembali normal. Tidak ada yang memungkiri, bahwa dalam merayakan Hari Raya Idul Fitri, umat Islam di seluruh penjuru dunia juga memiliki caranya sendiri, tergantung budaya dari masing-masing negara. 

Khususnya di Indonesia, Hari Raya Idul Fitri identik dengan Hari Lebaran. Saat tiba Hari Lebaran, bahkan bukan hanya umat Islam yang turut merayakan, karena  sepanjang bulan Ramadan, seluruh masyarakat yang beragama lain, turut kecipratan rezeki melalui berbagai usahanya. 

Karenanya, semua masyarakat menyambut Idul Fitri dengan bahagia serta merayakannya dengan tradisi-tradisi yang telah mengakar dan membudaya. Tradisi dan budaya tersebut sudah terjadi dan dilakukan secara turun-temurun sebagai warisan budaya yang tidak terkikis oleh modernisasi zaman. 

Tradisi dan budaya kita 

Setelah tradisi ibadah Ramadan dan Mudik dilarang, maka masyarakat juga wajib menyiapkan diri secara perlaku, sikap, dan mental, karena beberapa tradisi dan budaya lainnya pun tentu tak akan dapat dilaksanakan, di antaranya: 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline