Dalam situasi internal PSSI yang kini masih dilanda polemik, tetap ada optimisme yang perlu diapungkan ke hadapan publik sepak bola nasional. Optimisme tersebut tak lain dan tak bukan digelorakan oleh sang Direktur Teknik PSSI yang baru, Indra Sjafri dengan jargon yang sudah familiar bagi publik sepak bola nasional, yaitu #semangatmenolakmenyerah.
Dalam komunikasi langsung melalui sambungan telepon dengan saya, Selasa (28/4/2020), Sebagai Direktur Teknik, Indra sangat optimis untuk membantu Timnas Indonesia meraih prestasi.
Untuk itu, sektor sepak bola akar rumput juga menjadi perhatian serius untuk dibenahi, terutama menyoal fungsi dan kedudukan SSB, bentuk organisasinya, dan afiliasinya.
Selain itu, Indra juga akan bekerjasama dengan stakeholder terkait dan pihak yang mumpuni, demi meraih impian itu.
Menurut Indra, nantinya menyoal sepak bola akar rumput, terutama pembinaan, pelatihan, kompetisi, dan keorganisasian SSB wajib "satu pintu". Apa maksud satu pintu versi Indra Sjafri, kita tunggu saja.
Gemas pada pelaku akar rumput
Mendukung #semangatmenolakmenyerah dan optimisme Indra, maka sebelum kita tahu langkah Indra, kali ini saya ulas masalah dasar sepak bola akar rumput kita.
Sejujurnya, bicara sepak bola akar rumput, banyak kalangan dan publik sepak bola nasional yang gemas dengan perilaku para pembina, pelatih, orangtua dan anak-anak di Sekolah Sepak Bola (SSB) dan sejenisnya.
Di antara yang menggemaskan, adalah banyak SSB yang muncul dan berdiri dengan sangat mudah, tanpa melalui mekanisme dan prosedur yang valid. Sudah begitu, para pembina dan pelatihnya juga bisa dari kalangan apa saja, bahkan hanya sekadar pecinta sepak bola, bukan dari pelaku atau praktisi sepak bola.
Efek berikutnya, berdirinya SSB juga menjadi wadah "gaya-gayaan" para pembina/pelatih/orangtua/anaknya. Di antara gaya tersebut adalah "petantang-petenteng seperti sudah menjadi pengurus/pelatih/orangtua/anak yang hebat bak PSSI dan timnas.
Lebih nyata lagi, saat para pemilik/pembina/pelatih/orangtua, tergabung dalam satu wadah bernama whatsApp (wa) grup, sudah tak ada batasan lagi dalam berbagi dan menanggapi setiap informasi baik dari admin maupun peserta grup lainnya, Semuanya sudah "sok jago" dan "sok tahu", padahal keilmuan dan pengalaman dalam sepak bola, apalagi khusus sepak bola akar rumput masih hijau. Sudah begitu untuk belajar dan membaca saja "malas".