Lihat ke Halaman Asli

Supartono JW

Pengamat

Luhut Sampai Bertanya, Laporan Kasus Corona di Indonesia Tak Benar?

Diperbarui: 15 April 2020   12:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: politik.rmol.id

Berita palsu atau berita bohong atau hoaks (bahasa Inggris: hoax) adalah informasi yang sesungguhnya tidak benar, tetapi dibuat seolah-olah benar adanya. 

Terkait hal tersebut, bila Kapolri atas nama pemerintah kini sedang serius menangani dan menindak penyebar hoaks corona di Indonesia, maka atas laporan kasus corona di Indonesia, semakin hari, semakin banyak warganet yang terus menyangsikan kebenaran laporan kasus corona dari Juru Bicara (Jubir) pemerintah. 

Andai benar, selama ini pemerintah Indonesia sengaja menutupi jumlah kasus corona yang sebenarnya, demi suatu tujuan mulia, misalnya. Atau karena  memang baru seperti itu kemampuan pemerintah meng-update kasus corona karena hasilnya memang tidak sama dengan penghitungan dari BNPB, pun juga tidak sama dengan laporan dari pemerintah daerah, apakah hal ini tidak masuk pada ranah hoaks. 

Mengapa hingga kini semua pihak seperti terbungkam? Apa karena takut pada pemerintah dan Kapolri? 

Dalam ILC, Selasa (14/4/2020) nara sumber Effendi Gazali pun mengungkap dengan bahasa halus bahwa laporan jubir kasus corona yang tidak valid? Apa bukan hoaks namanya? 

Namun, sebelum ILC berlangsung, mengapa orang dalam pemerintahan sendiri, yang beberapa waktu ini terus meramaikan pemberitaan nasional, juga malah ikut menyangsikan validitas laporan kasus corona di Indonesia? Mengapa ini bisa terjadi? Orang "dalam" bertanya pada orang "dalam" dan pertanyaannya sampai terendus media. 

Dia adalah Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Jenderal TNI (Purn) Luhut Binsar Pandjaitan (LBP) yang memiliki pertanyaan tersendiri perihal perkembangan Covid 19 di Indonesia. Sebab, menurut LBP data Covid-19 terkait kasus konfirmasi positif, meninggal, dan sembuh akan menentukan kebijakan Indonesia ke depan. 

Berikut pertanyaan LBP: "Karena juga buat saya tanda tanya sih, kenapa jumlah kita yang meninggal, maaf sekali lagi, itu angkanya ndak sampai 500. Padahal jumlah penduduk 270 juta. Infected (terinfeksi) 4000-an lebih. Katakan kali 10 itu 50 ribu," kata Luhut dalam media briefing, Selasa (14/4/2020). 

Kemudian LBP membandingkan dengan Amerika Serikat (AS), "Amerika negara yang beda, penduduk lebih besar dari kita, 60 jutaan, itu yang meninggal 22 ribu. Yang infected hampir 560.000. Okelah kita mungkin kurang testing kit, tapi saya bilang tadi sudah dikali anggap 50.000," ujar Luhut. "

"Sekarang kita pengkajian banyak negara gak ngerti. Jadi untuk menyikapi ini, yang ingin saya jelaskan, itu juga harus hati-hati, cermat, tidak grusa grusu juga. Harus pas," lanjutnya. 

Seperti dilaporkan Pusat Krisis Kementerian Kesehatan, kasus konfirmasi positif Covid-19 di Indonesia sampai dengan Selasa (14/4/2020) pukul 16.00 WIB mencapai 4.839. Dari jumlah itu, sebanyak 426 sembuh dan 459 meninggal. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline