Lihat ke Halaman Asli

Supartono JW

Pengamat

Memahami Keterampilan Berbahasa Rakyat Indonesia, di Tengah Wabah Corona

Diperbarui: 25 Maret 2020   13:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: doc.Supartono JW

Virus corona yang terus berdampak dengan korban yang tiap hari meningkat, juga membawa dampak "wabah baca/dengar" masyarakat semakin menurun. 

Akibatnya, bukannya bersatu melawan virus corona, akibat berbagai persoalan virus corona, malah membikin masyarakat tetap berseteru, sebab ingin ikut tampil menjadi pahlawan, mau menang sendiri, dan merasa pintar sendiri. Inilah kelemahan mendasar keterampilan berbahasa masyarakat Indonesia. 

Harusnya pemerintah menyadari hal ini, tetapi orang-orang dalam pemerintahanpun banyak yang masih lemah dalam keterampilan berbahasa.

Keterampilan berbahasa

Dalam berbagai literasi, dapat disimpulkan bahwa keterampilan berbahasa adalah keterampilan seseorang untuk mengungkapkan "sesuatu" dan memahami "sesuatu" yang diungkapkan oleh orang lain dengan media bahasa, baik secara lisan maupun tulisan. 

Selain itu, keterampilan berbahasa  sangat vital, penting untuk dikuasai setiap orang. Sebab, dalam kehidupan bermasyarakat, setiap orang saling berhubungan dengan orang lain dengan cara berkomunikasi. Karenanya, tidak dapat dipungkiri bahwa keterampilan berbahasa adalah salah satu unsur penting yang menentukan kesuksesan mereka  dalam berkomunikasi. 

Secara berurutan, keterampilan berbahasa itu diawali oleh keterampilan mendengar (menyimak), lalu membaca (melihat, mengamati, mengawasi, memahami), kemudian berbicara, dan menulis. 

Bagaimana kondisi keterampilan berbahasa masyarakat Indonesia terkini, terlebih dalam situasi wabah croona?

Mendengar dan membaca lemah

Hikmah di balik virus corona juga semakin menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia masih banyak yang abai dan sulit diatur oleh pemerintah pusat maupun daerah menyoal kebijakan pencegahan virus croona. Ini bukti kemampuan mendengar rendah. Meski bila diperdebatkan, tetap ada justifikasinya.

Selain itu, keterampilan membaca pun lemah. Sebagai contoh, di media whatsapp, kini masyarakat sangat latah turut menyebarkan berbagai informasi, tanpa lebih dahulu memahami secara utuh isinya dari awal sampai akhir, dan mencoba memahami dulu apakah informasi itu benar atau sekadar hoaks, tanpa ada pertimbangan, kalkulasi (matematik), dan mencoba mencari referensi kebenarannya dalam ilmu pengetahuan yang terkait (Sains).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline