Lihat ke Halaman Asli

Supartono JW

Pengamat

Memaknai Siasat dan Muslihat Secara Positif

Diperbarui: 15 Januari 2020   11:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Doc. Supartono JW

Ketika kita mendengar atau membaca kata siasat (muslihat), biasanya kita langsung berpikir kepada hal negatif.

Mengapa kata siasat-muslihat menjadi bermakna peyoratif, menyempit dan konotasinya negatif?

Membahasnya tentu akan lebih mudah bila langsung di konkretkan dengan aktuliasasi keadaan sekarang, khususnya di negeri kita tercinta, Indonesia.

Kini, di negeri NKRI, segala kasus yang melibatkan kesalahan dan kekisruhan baik oleh para pemimpin maupun elite partai, pemerintah, dan lembaga-lembaga lain (baca: mereka) yang fungsi dan kedudukannya seharusnya mengayomi, melindungi, menjaga, hingga mensejahterakan rakyat,  ternyata dari hari ke hari, sepak terjangnya malah membikin rakyat resah dan gelisah. 

Apa pasalnya? Negeri ini, kini tak ubahnya penuh dengan drama dan sandiwara yang penuh muslihat. 

Artinya penuh tipu daya, penuh siasat, taktik, intrik yang dilakukan oleh mereka demi kepentingan mereka dan rakyat hanya dijadikan alat. 

Sementara jabatan dan kedudukan hanya dijadikan kendaraan demi gapaian tujuan keserakahan menguasai hingga mencintai hal-hal yang "bukan milik" mereka. 

Atas muslihat yang terus di skenariokan, maka lahirlah kisruh pilkada, pilpres, Perppu KPK, pindah ibu kota, pendidikan, BUMN, Garuda, Jiwasraya, kasus Novel, banjir, Natuna, Asabri, hingga tertangkapnya komisioner KPU, pelemahan KPK, dan lainnya-lainnya. 

Rakyat kita semakin ragu, kepada mereka, karena sandiwara penuh muslihat terus menggelora. Bila di negeri ini, tongkat kayu saja jadi tanaman. 

Maka, segala hal pun bisa dijadikan tongkat untuk bahan tanaman muslihat dan sejenisnya. Bahkan dari semua kisruh yang seolah terjadi bukan karena disengaja, sejatinya rakyat tahu bahwa semua itu terjadi atas dasar skenario dan muslihat. 

Sebab muslihat yang penuh siasat, maka mereka semua tetap banyak yang "selamat dan saling menyelamatkan", sebabnya karena ada kekuatan yang menyokog siasat mereka. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline