Lihat ke Halaman Asli

Supartono JW

Pengamat

Setop Mengeluh, Memang Tol Japek II Belum Sesuai Harapan

Diperbarui: 24 Desember 2019   12:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Kompas.com

Ayolah, masyarakat dan berbagai pihak, stop dulu mengeluhkan tentang Tol Japek  II. Sebab, kehadiran tol layang Jakarta-Cikampek (Japek II), tidak dipungkiri sudah dapat membantu mengurangi kebuntuan budaya macet di Tol Japek "lama" yang tradisi macetnya bukan hanya di waktu liburan dan "hari raya". 

Berbagai "kekurangan" di Tol Japek layang, setelah diresmikan Presiden Jokowi, sudah diungkapkan oleh publik/netizen dan informasinya juga diviralkan oleh berbagai media. 

Lalu, pihak penanggungjawab proyek Tol Japek juga sudah memberikan alasannya tentang kekurangan yang ada. 

Bahkan pimpinan Proyek Area 1 PT Jasamarga Jalan layang Cikampek (JJC) Prajudi, sudah menerangkan kepada awak media, di Jakarta, Minggu (15/12/2019) bahwa Tol Japek II masih akan mendapat sentuhan terakhir pada sarana dan prasarana pendukung. 

Artinya, Tol Japek II memang belum sempurna. Namun, dipaksakan difungsikan demi melayani masyarakat dalam menyambut musim liburan, hari raya dan tahun baru. 

Namun, setelah difungsikan demi melayani liburan, hari raya, dan jelang tahun baru, dengan kesadaran masih banyak kekurangan, akibat volume kendaraan yang over kapasitas, tak pelak, Tol Japek I dan Tol Japek II tetap tak mampu membuat alur kendaraan yang melintasinya berjalan lancar sesuai harapaan masyarakat. 

Akibatnya, kemacetan panjang terjadi di Tol Japek I maupun Tol Japek II. Bahkan viral diberitakan di media, bahwa akibat kemacetan panjang, khususnya di Tol Japek II (Layang), ada pengguna tol yang terpaksa buang air kecil di tengah kemacetan hingga kejadianya diabadikan dalam video yang langsung viral. 

Beredarnya video yang memperlihatkan pengguna mobil buang air kecil di tengah kemacetan tol Japek, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) pun menyarankan agar pemerintah mempertimbangkan adanya pintu keluar di jalan tol layang dan mengusulkan  adanya emergency exit, misalnya di KM 25, sehingga pengguna tol tidak tidak tersandera di jalan tol selama berjam-jam, seperti yang diusulkan Tulis Abadi, Ketua Harian YLKI,  dalam keterangan tertulis, Senin (23/12/2019). 

Memang secara logika, jalan layang sepanjang 36 km seharusnya sejak awal sudah ada wujud exit tol-nya. Ketika Exit tol sampai tidak ada, maka persoalan yang terjadi saat ada kemacetan dan hal lain, pengendara dan penumpangnya tidak tersandera di jalan tol berjam-jam, dan terhindar kejadian pengendara/penumpang sampai tidak bisa menahan untuk buang air kecil. 

Sayang memang, perencanaan tentang Tol Japek II khususnya tentang penjaminan keselamatan kurang diperhatikan, karena hal-hal umum yang seharusnya tersedia di jalur tol pada umumnya, justru belum tersedia di Tol Japek II. 

Selain itu, kondisi jalan yang bergelombang, sehingga menghambat kenyamanan dan keselamatan berkendara, juga turut mengubah definisi baru, bahwa jalan tol juga bisa ada hambatan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline