Menjelang akhir tahun, ada momen menarik bagi publik sepak bola nasional. Momen tersebut sewajibnya menjadi perhatian, khususnya bagi para pelaku sepak bola nasional.
Menggeluti pekerjaan di bidang olah raga, khususnya sepak bola, baik menjadi pemilik klub, manajer, ofisial, maupun pemain, bukan hanya dituntut terampil dalam hal "sepak bolanya" saja. Namun juga wajib terampil dalam hal komunikasi dengan publik.
Sebab, publik pecinta sepak bola adalah bagian terbesar dari industri sepak bola itu sendiri.
Publiklah, yang membiayai perhelatan sepak bola di seluruh dunia. Karena keberadaan publik (baca: suporter), maka sponsor mau hadir dan mendukung klub serta operator kompetisi.
Sepak bola tanpa suporter, maka tidak akan ada sponsor yang mau andil membiayai klub maupun kompetisi. Begitupun saling ketergantungan antar klub dan suporter, suporter butuh klub dan klub butuh suporter.
Sehingga, antar timbal balik hubungan ini, kedekatan suporter dengan klub dan terutama dengan pemain, menjadi hal yang sulit terelakkan.
Karenanya atas hubungan "yang saling" ini, budaya pemain sepak bola pensiun/gantung sepatu baik untuk klub atau timnas di Eropa dan Amerika sudah lazim.
Kini, budaya tersebut sudah merambah ke Indonesia. Terbaru, Bambang "Bepe20" Pamungkas, pamit mundur dan gantung sepatu dari klubnya, Persija Jakarta.
Seperti halnya Bepe20, Hariono (H24) di Persib pun juga melakukan perpisahan dengan Persib dan suporternya. Kedua momen pamitan Bepe20 dan H24 juga dilakukan setelah laga tim masing-masing usai.
Lalu, dengan disaksikan ribuan suporter yang hadir di stadion dan suporter seluruh Indonesia yang menonton siaran live di saluran televisi, Bepe20 dan H24 sama-sama memegang mic, lalu bicara tentang hal pamitnya.
Atas momentum pamitnya, kedua pemain ini nampak jelas perbedaan keterampilan berbahasa dan penguasaan literasi kedua pemain. Berdiri di hadapan ribuan suporter dan di sorotan kamera televisi, sama-sama tanpa "teks", perbedaan tampilan Bepe20 dan H24 yang sama-sama terampil dalam olah bola, ternyata sangat mencolok perbedaanya dalam keterampilan berbahasa dan literasi.