Berasal dari rakyat, dipilih oleh rakyat, dan bertugas untuk rakyat, itulah sejatinya hakikat pemimpin negara bernama Presiden.
Namun, setelah rakyat memilih dan Presiden akan bertugas untuk rakyat, ternyata pesta pelantikan Presiden di Gedung Wakil Rakyat justru menjadi upacara mewah untuk tamu undangan yang bukan bernama rakyat.
Tamu undangan justru dilayani dengan sangat spesial dan istimewa dengan kelas jamuan luar biasa.
Hotel berbintang sebagai penginapannya, mobil mewah untuk antar jemputnya, dan jamuan makan dan sambutan-sambutan berkelas lainnya, yang semuanya beranggaran besar, pun menggunakan uang rakyat.
Sementara rakyat yang telah memilih presiden dan membiaya pesta demokrasi yang terus menyisakan perseteruan, justru dicurigai, disambut dengan pasukan pengaman lengkap dengan pagar kawat berduri, hingga kendaraan perang lainnya.
Miris, pesta rakyat dari oleh untuk rakyat, ternyata begitu mudah disulap menjadi pesta pejabat dan kerabatnya baik di dalam atau mancanegara.
Rakyat tetap jelata. Tak ada undangan apalagi ruang khusus untuk rakyat baik di di luar Gedung MPR DPR, apalagi di dalamnya. Inikah akhir dari pesta rakyat, dengan nama pelatikan presiden untuk golongan mereka dan pejabat negara lain?
Berikutnya, mereka juga akan menjalankan negara ini sesuka hati mereka, meski tetap mengatasnamkan untuk kepentingan rakyat.
Tersenyum dan tertawa bahagia di depan kamera. Sementara tak dipikirkan bagaimana kejadian demontrasi mahasiswa yang telah memakan korban jiwa karena menuntut keadilan untuk rakyat.
Luar biasa drama dan sandiwara ini. Andai saja di luar dan di dalam gedung ada ruang khusus untuk undangan khusus yaitu bernama rakyat.
Ternyata, rakyat hanyalah sapi perah. Dibutuhkan hanya untuk meminjam nama dan suara agar mereka dapat duduk di kursi kekuasaan, namun setelahnya, siapa rakyat itu?