Lihat ke Halaman Asli

Supartono JW

Pengamat

Menanti Hawa Sejuk di Tengah Kemarau dan Krisis Kepercayaan

Diperbarui: 25 September 2019   14:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Tribunnews.com

Miris, bila kita melihat situasi di Jakarta dan seluruh daerah lain Indonesia, khususnya di seputar gedung tempat para wakil rakyat bermarkas. 

Ribuan mahasiswa dari berbagai kampus di daerah dan kelompok masyarakat turun ke jalan meminta pemerintah dan DPR mencabut pasal bermasalah dalam RKUHP. 

Mereka juga menolak revisi UU KPK, yang sudah disahkan. Bentrok antar mahasiswa dan polisi pun tak terhindarkan. Siapa yang menyulut percikan api dan akhirnya membakar jiwa dan hati mahasiswa dan rakyat sipil yang menyuarakan tak lagi percaya kepada DPR, pemerintah, dan partai? 

Di musim kemarau  dengan hawa panas dan kebakaran yang timbulkan polisi asap hingga ke manca negara, ternyata suasana panas terus ditambah oleh sikap DPR dan pemerintah. Selama ini pemerintah dan DPR yang pondasinya dari partai, seolah tetap angkuh dan tak menyadari bahwa mereka duduk di singgasananya sekarang karena, untuk, dan oleh rakyat. 

Namun, teriakan dan jeritan rakyat, seolah hanya masuk telinga kanan, ke luar telinga kiri, seolah tak ada yang tersisa di hati dan pikiran, bahwa apa yang mereka lakukan demi dan untuk rakyat, ternyata hanya demi dan untuk kepentingan mereka sendiri. 

Mahasiswa yang awalnya diam saja, kini semuamya bergerak dan harus bentrok dengan polisi. Bahkan hari ini, Rabu (25/9/2019) anak STM/SMA pun terlihat menggeruduk DPR demi melanjutkan perjuangan kakaknya. 

Siapa yang kini diharapkan menjadi penyejuk dahaga di tengah tandus dan gersangnya  keteladanan yang seiring sejalan dengan musim kemarau yang menyisakan hawa panas berkepanjangan? 

Bila mahasiswa dan rakyat sipil sudan tak percaya DPR dan pemerintah, apa yang semestinya mereka lakukan demi menarik kembali rasa percaya itu. Gerakan mahasiswa murni, tentu analogi dari gerakan kecerdasan yang ditunggangi kepentingan rakyat. 

Karenanya, baik DPR dan pemerintah mustahil tak mendengarkan, tak menghiraukan, dan tetap duduk nyaman menunggang kendaraan politik demi kepentingan mereka sendiri.

Pindah Ibu Kota, krisis Irian Jaya, Krisis kebakaran dan asap, krisis KPK, RUU, KUHP, hingga krisis kepercayaan rakyat. 

Ayo sudahi kiris Indonesia dengan langkah elegan teladan, bukan adu kuat-kuatan dan dukungan serta kepentingan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline