Lihat ke Halaman Asli

suryansyah

siwo pusat

Kesaktian Pancasila di Tengah Pandemi Corona

Diperbarui: 1 Juni 2021   08:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Garuda Pancasila -foto: kumparan.com


BANGSA yang besar adalah bangsa yang mengenal sejarah. Kata Presiden Pertama Indonesia, Ir Soekarno.

Bung Karno berpidato di hadapan Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPKI) pada 1 Juni 1945. Beliau mengusulkan Pancasila sebagai sebutan untuk dasar negara Indonesia.

Di sanalah Pancasila dilahirkan. Rumusannya dicantumkan dalam Mukadimah Undang-Undang Dasar 1945 oleh PBUPKI pada 18 Agustus 1945.

Kini, peringatan hari lahir Pancasila kita laksanakan di tengah pandemi Covid-19. Ini menguji daya juang kita sebagai bangsa. Menguji pengorbanan kita.

Pancasila sudah beberapa kali dirongrong. Tapi tak lekang ditelan zaman. Lima butir Pancasila kuat melekat dalam masyarakat budaya bangsa Indonesia. Mulai dari Ketuhanan di sila pertama hingga keadilan di sila terakhir.

Tapi, kali ini tantangan Pancasila sangat berat. Pancasila dihadapkan pandemi virus corona. Karena itu seperti kata Bung Karno: "Kuat karena bersatu, bersatu karena kuat."

Memaknai momen peringatan hari lahir Pancasila pada 1 Juni, mari kita saling menguatkan. Saling mendoakan dan saling tolong menolong. Terlebih dalam menghadapi dampak pandemi covid-19 yang belum juga undur diri dari permukaan bumi.

Di tengah kondisi yang berat seperti saat ini, percayalah bahwa masa-masa sukar tidaklah abadi.

Mari kita tunjukkan tekad dengan penuh semangat yang tinggi untuk melewati masa-masa yang tidak mudah saat ini. Mari kita cermati kondisi yang terjadi di tengah peringatan hari lahirnya Pancasila.

1. Ketuhanan Yang Maha Esa (di tengah pandemi Corona).

Butir-Butir Sila Pertama;
a. Bulan Ramadhan bersejarah. Sepanjang bulan puasa tahu lalu, sholat Tarawih tidak boleh di masjid. Cukup di rumah saja. Tahun ini, diizinkan tapi dengan protocol kesehatan yang ketat.
b. Tahun lalu, Sholad Ied setahun sekali dilarang digelar di masjid atau lapangan. Dilakukan di rumah bersama keluarga. Lebaran tanpa salaman. Maaf-maafan lewat virtual. Tahun ini pintu masjid dibuka, sholat Ied digelar dengan prokes. Tak ada Halal Bi Halal.
c. Tahun lalu, sholat Jum'at ditiadakan walaupun wajib bagi laki-laki Muslim. Tahun ini dibuka kembali meski dengan prokes.

d. Umat Kristen tidak bisa menjalankan kebaktian di gereja. Begitu pula umat lainnya seperti Hindu, Budha maupun Konghucu. Tahun ini sudah bisa tapi jamaat dibatasi.

2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab (di tengah pandemi Corona)
Butir-butir Sila Kedua;
a. Pembagian sembako untuk orang miskin banyak salah sasaran.
b. Narapidana dibebaskan dari penjara, tanpa syarat.
c. Kejahatan merajalela di tengah masyarakat.
d. Warga diminta Stay at Home, tapi tanpa penghasilan.
e. Tim medis berjuang mengurangi pandemi Covid-19, banyak masyarakat yang tak peduli.
f. Pelanggaran terhadap PSBB bukan hanya dilakukan masyarakat bawah, tapi juga kalangan elite, pejabat, maupun orang berduit.
g. Masih ada yang korupsi dana bantuan sosial.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline