Lihat ke Halaman Asli

Siwi W. Hadiprajitno

Pewarta Penjaga Heritage Nusantara.

Mother Earth

Diperbarui: 22 Januari 2021   19:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Ibu Pertiwi (IG @yande_zetia)

Ibumu, Ibumu, Ibumu. Lalu, Ayah-mu.

Mendengar kata atau melihat laut, atau samudera, atau pantai, yang tertambat di hati adalah Ibu. Debur ombak lautan mengingatkan pada degub jantung Ibu, saat kita di dalam dekapannya. Mengambil sari pati alam semesta jasadi Ibu, maupun kelembutan-kelembutan kecil berukuran super nano nano nano mikro jagad raya dan seluruh bintang gemintang. Pun, saat kita masih berbalut cairan ketuban.

Ibu kita adalah penyambung energi semesta terdekat dengan kita bahkan sejak dini kala. Ada plasenta, dan ada sambung rasa. Begitu uniknya hubungan kita dengan manusia lain yang "menggendong kita kemana-mana selama kurang lebih sembilan bulan".

Di semesta raya ini, kita juga mengenal Ibu Bumi. Mother earth. Ibu Pertiwi. Dia lah rahim kita. Rahim, bersifat penyayang.

Kasih Ibu kepada beta.
Tak tertingga sepanjang masa.
Hanya memberi tak harap kembali.
Bagai Sang Surya menyinari dunia.

Samudera Raya. Seluas hati Ibu.
Terima kasih, Ibu.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline