Lihat ke Halaman Asli

Siwi W. Hadiprajitno

Pewarta Penjaga Heritage Nusantara.

Rebel Etnik Antik Unik (A Pattern)

Diperbarui: 20 Januari 2021   18:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Rebel, Etnik, Antik, Unik (IG @Dian_Oerip)

Begitulah.

Menjadi unik itu sudah pasti. Sebab tiada satu pun individu di dunia ini yang persis sama denganku. Sebab memang begitulah kita diciptakan.

Sidik jariku, dengan pola gambar seperti itu, hanya ku sendiri yang memiliki.
Iris di bola mataku, pun, satu-satunya. Tiada dua.
Pun bila aku Nakula-Sadewa, tetap saja, pola iris mata-ku berbeda dari kembaranku.

Antik. Ini yang menjadikan yang unik menjadi spesifik. Ini soal sesuatu yang tua. Sesuatu yang mendorong untuk terus menelusur. Menjelujur. Menautkan lembaran, menyatukan yang terhampar. Ini soal mencintai akar: yang jauh menghunjam ke kedalaman; yang tiada tampak dari permukaan; yang sering dilupakan orang.

Etnik. Ini yang menjadikan yang unik dan antik lebih spesifik. Ini soal telah ditemukannya sebuah warna. Seperti aku menemukan bahwa aku menyukai warna merah. Pantulan cahaya kasatmata pada panjang gelombang 620-750 nm & frekuensi 400-484 THz. Seperti kutemukan merah, seperti itu pula kutemukan etnik.

Rebel. Alias nabrak-nabrak. Seperti gerakan ion yang kesana-kemari. Apalagi bila suhu semakin tinggi. Rebel bicara tentang yang tak kasatmata. Ini soal pencarian yang abadi.

Karya wastra nuansa rebel & boho (@dian_oerip)

16 Januari 2021



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline