Lihat ke Halaman Asli

Siwi W. Hadiprajitno

Pewarta Penjaga Heritage Nusantara.

Cerita Burung Kedasih

Diperbarui: 13 Januari 2021   05:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Burung Kedasih (alamendah.org)


Ini kali cerita tentang burung Kedasih
ratapannya terdengar begitu pilu
menyayat, mengiris hati
seorang kawan terperanjat mendengarnya

aku pun terhisap pusaran kejut
tertegun
tergugu
ngeleg idu

pertanda kemalangan, kata orang
pesan kematian

getaran dari gelombang suara yang sudah lama tidak menyentuh gendang telinga kami
entah di mana burung itu hinggap
mungkin di dahan pohon Mangga tertinggi di halaman rumah tetangga

namun seorang pujangga tua tertawa ketika kusampaikan cerita burung Kedasih itu padanya

:
bukankah kicau itu demikian merdu?
seperti nyanyian kekasih yang hatinya penuh rindu
nada yang dieja penuh rahasia
kode Morse berjeda dengan durasi berbeda-beda

:
burung Kedasih lah justru yang sedang berduka
bukan kita, manusia
Kedasih lah yang kehilangan karena kematian
sebab bulan tak lagi memantulkan cahaya matahari ke bumi

:
Bulan Mati
Tilem
Sang Kedasih menyambut bulan baru

_
kicau itu terdengar lagi
kali ini berkali-kali
bagai tertenung aku tenggelam dalam renung

Tilem, sebentar lagi
bulan sebentar lagi baru
hari ini segera berlalu

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline