Lihat ke Halaman Asli

Siwi W. Hadiprajitno

Pewarta Penjaga Heritage Nusantara.

Dawai Ingatan

Diperbarui: 10 Januari 2021   06:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

kita pernah di sini
berperahu
kau mendayung
aku berpegang payung

hujan rintik
perahu melaju
kau bacakan aku sebuah puisi

begini:

Jatiluhur

Ayatrohaedi


Impian abadi leluhur
menemu bentuk.
Tanah-tanah gersang
menjadi subur.
Bagai disihir
air pun mengalir
lewat padang-padang hijau
menghimbau.

Sangkuriang nanar memandang:
Kerja yang terbengkalai
akhirnya selesai.
Tubuh-tubuh baja, lengan-lengan perkasa
menyusun batu demi batu
dinding telaga raksasa.
Membendung
napsu angkara manusia
yang berpusat pada: Aku,
Sangkuriang kesiangan.

Dayangsumbi membuahkan senyum
ke bumi: Inilah cintaku
pada turunan, anak-cucu
yang datang kemudian.
Tubuh-tubuh semampai, tangan-tangan gemulai
menanam benih demi benih
padang kencana.
Perwujudan ikrar
ketika menyingsing fajar.
Cintaku pada turunan
yang datang kemudian.

Impian abadi leluhur
menemu bentuk.
Tanah-tanah subur
bukan lagi impian.
Tapi: kenyataan.

1969


Sumber: Pabila dan di Mana (PT. Dunia Pustaka Jaya, Jakarta)


aku menyimak
angin diam seketika
hujan berhenti

kau bilang: larung sekarang, Dhiajeng

hati-hati kusentuh bunga dalam dekapan
tiga kuntum bunga Tunjung dari Tanah Lembang

payung kuingkupkan
kembang-kembang kukambangkan
kupandangi mereka dengan sayang

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline